Sindrom nasi goreng viral di TikTok. (Foto: Detikcom / Atiqa Rana) |
Media sosial TikTok sedang diramaikan dengan pembahasan 'sindrom nasi goreng' atau fried rice syndrome. Hal ini telah menyebabkan kepanikan dalam beberapa hari terakhir, setelah kasus seorang pria berusia 20 tahun yang meninggal pada tahun 2008 dibagikan di TikTok.
Sindrom nasi goreng mengacu pada keracunan makanan akibat bakteri bernama Bacillus cereus, yang berisiko jika makanan yang dimasak dibiarkan terlalu lama pada suhu ruangan.
Dalam sebuah laporan di jurnal Clinical Microbiology di tahun 2008, seorang mahasiswa berusia 20 tahun meninggal setelah memakan spageti yang dia masak, ditinggalkan di lemari es, lalu dipanaskan kembali dan dimakan lima hari kemudian. Pemicunya adalah Bacillus cereus, bakteri yang bisa menyebabkan keracunan makanan.
Apa itu sindrom nasi goreng?
Bacillus cereus adalah bakteri penghasil racun yang merupakan salah satu penyebab paling umum keracunan makanan, disebut juga 'sindrom nasi goreng'. Diperkirakan 63.000 kasus keracunan makanan yang disebabkan oleh B. cereus terjadi setiap tahun di Amerika Serikat. Namun, sebagian besar kasus tidak dilaporkan karena gejalanya umumnya ringan dan mereda dengan sendirinya setelah istirahat dan hidrasi.
Ahli mikrobiologi dan profesor klinis di New York University Langone Health mengatakan nasi goreng sisa bisa menjadi penyebab munculnya B. cereus. Setelah nasi matang, sering kali didiamkan pada suhu ruangan lebih dari dua jam hingga dingin sebelum digoreng dengan bahan lain.
Bakteri penyebab sindrom nasi goreng ditemukan pada sisa makanan tersebut. Bakteri bisa menginfeksi saat makanan langsung dikonsumsi atau beberapa saat setelahnya. Bakteri bahkan mulai tumbuh saat nasi yang sudah matang didinginkan sebelum diolah menjadi nasi goreng.
"B cereus secara alami membentuk koloni di nasi yang tidak dimasak sempurna. Bakteri mampu bertahan hidup selama proses pemasakan dan tumbuh dengan baik pada lingkungan bersuhu kamar sekitar 25 derajat Celcius," kata ahli mikrobiologi dan profesor klinis Philip Tierno di New York University Langone Health.
Membiarkan nasi dalam suhu ruang menjadi waktu yang ideal untuk pertumbuhan bakteri. Proses menghangatkan makanan tidak menghilangkan racun dari B cereus yang mengakibatkan mual dan muntah. Jumlah kasus infeksi mungkin lebih banyak namun tidak dilaporkan.
Gejala Sindrom Nasi Goreng
Bakteri B celeus melepaskan dua jenis racun yang masing-masing menyebabkan penyakit berbeda. Satu menyebabkan diare sementara racun lainnya menyebabkan muntah.
Jenis toksin pertama dilepaskan di usus kecil setelah bakteri tertelan, dan menyebabkan diare, kram, dan kadang-kadang mual namun jarang muntah. Gejala biasanya dimulai 6 hingga 15 jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi, yang dapat mencakup berbagai daging, susu, sayuran, atau ikan. Gejalanya biasanya mereda setelah sekitar satu hari.
Jenis racun kedua dilepaskan oleh bakteri dalam makanan sebelum dikonsumsi. Makanan bertepung, seperti nasi, adalah sumber makanan yang paling umum terkena dampaknya. Racun tersebut menyebabkan muntah dan mual dalam waktu 30 menit hingga 6 jam setelah makan makanan yang terkontaminasi. Gejala mereda setelah sekitar 24 jam.
Siapa pun rentan terkena penyakit yang disebabkan oleh bakteri tersebut. Dokter mendiagnosis keracunan makanan B cereus dengan menguji bakteri pada muntahan atau feses pasien, kemudian mencocokkan strain bakteri dalam sampel dengan sumber makanan yang diketahui terkontaminasi atau strain yang diketahui menyebabkan penyakit.
Bagi kebanyakan orang yang tertular B cereus, istirahat dan menjaga cairan tetap cukup untuk memungkinkan tubuh menghilangkan infeksi dengan sendirinya, biasanya dalam satu hari. Komplikasi, termasuk meningitis aseptik, gangren, dan selulitis, biasanya hanya terjadi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, orang yang mengalami luka bedah, atau orang yang menggunakan obat-obatan intravena.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Sindrom Nasi Goreng Viral di TikTok, Keracunan Makanan yang Mematikan"