30 July 2024

Dua Warga Brasil Meninggal Akibat Virus Oropouche, Bagaimana Penularannya?

Ilustrasi. (Foto: iStock)

Geger virus oropouche yang menewaskan dua warga Brasil. Laporan tersebut menjadi kematian pertama di dunia akibat virus oropouche, menurut pernyataan Kementerian Kesehatan setempat.

Ada dua orang yang meninggal yakni dua wanita berusia di bawah 30 tahun. Mereka tinggal di negara bagian Bahia dan dilaporkan tidak memiliki komorbid alias penyakit penyerta.

Gejala yang timbul mirip dengan gejala parah demam berdarah dengue (DBD).

Demam Oropouche disebabkan oleh virus dan ditularkan terutama oleh nyamuk Culicoides paraenses, yang secara lokal dikenal sebagai maruim. Gejala demam tersebut mirip dengan demam berdarah dan chikungunya.

Pihak berwenang masih menyelidiki apakah kematian lain di negara bagian Santa Catarina, di Brasil Selatan, terkait dengan penyakit tersebut. Mereka juga memeriksa empat kasus keguguran dan dua kasus mikrosefali pada bayi terkait dengan virus oropouche di Pernambuco, Bahia, dan Acre.

Tahun ini, lebih dari 7.200 kasus penyakit tersebut telah tercatat di 20 negara bagian, sebagian besar di antaranya di Amazonas dan Rondônia, negara bagian di Amazon Brasil.

Sejak 2023, tes diagnostik telah tersedia di fasilitas perawatan kesehatan umum di seluruh negeri. 

Orthobunyavirus oropoucheense, virus yang menyebabkan demam Oropouche, pertama kali diisolasi di Brasil pada 1960. Sejak saat itu, kasus dan wabah terisolasi telah dilaporkan, terutama di wilayah Amazon. Laporan juga dibuat di negara-negara Amerika Tengah dan Selatan lainnya, seperti Panama, Argentina, Bolivia, Ekuador, Peru, dan Venezuela.

Tidak ada perawatan khusus yang tersedia. Upaya untuk mencegah nyamuk menyebarkan penyakit harus mencakup menghindari area yang terdapat nyamuk, mengenakan pakaian panjang dan obat nyamuk, menjaga kebersihan lahan, dan menggunakan kasa pintu dan jendela.

Mungkinkah Menular dari Manusia ke Manusia?

Menurut catatan Organisasi Kesehatan dunia (WHO), virus ini banyak ditemukan beredar di Amerika Tengah dan Selatan serta Karibia. OROV dapat ditularkan ke manusia terutama melalui gigitan nyamuk Culicoides paraensis, yang ditemukan di daerah berhutan dan di sekitar badan air, atau nyamuk Culex quinquefasciatus tertentu.

Diduga bahwa sirkulasi virus mencakup siklus epidemik dan siklus sylvatik. Dalam siklus sylvatik, primata, kukang, dan mungkin burung merupakan inang vertebrata, meskipun vektor artropoda yang pasti belum teridentifikasi. Dalam siklus epidemik, manusia merupakan inang yang berkembang biak dan OROV ditularkan terutama melalui gigitan nyamuk Culicoides paraensis. Hingga saat ini, tidak ada bukti penularan OROV dari manusia ke manusia.

Gejala penyakit ini mirip dengan demam berdarah dan mulai terjadi antara empat hingga delapan hari (kisaran antara tiga hingga 12 hari) setelah gigitan yang menular. Timbulnya tiba-tiba, biasanya disertai demam, sakit kepala, kekakuan sendi, nyeri, menggigil, dan terkadang mual dan muntah terus-menerus, hingga lima sampai tujuh hari.

Presentasi klinis yang parah jarang terjadi, tetapi dapat mengakibatkan meningitis aseptik. Sebagian besar kasus sembuh dalam tujuh hari, namun, pada beberapa pasien, pemulihan bisa memakan waktu berminggu-minggu. Tidak ada pengobatan antivirus atau vaksin khusus untuk penyakit virus Oropouche.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Geger Brasil Catat Kematian Pertama Virus Oropouche di Dunia, Tertular dari Mana?"