22 July 2024

Ini Hasil Jepretan Saat Matahari Julurkan Lidah Api yang Menakjubkan

Astrofotografer Abadikan Matahari Saat Julurkan Lidah Api Spektakuler. Foto: Eduardo Schaberger Poupeau via The Sun

Salah satu prominensa Matahari terpanjang yang terlihat dalam beberapa tahun terakhir menyebabkannya mengeluarkan lontaran massa koronal (CME) yang besar.

Prominensa atau biasa dikenal sebagai lidah api Matahari adalah fitur besar yang membentang dan membentuk loop (untaian) keluar dari permukaan Matahari (fotosfer) hingga ke atmosfer terluar Matahari (korona).

Lidah api Matahari yang terabadikan tersebut diperkirakan telah mencapai panjang yang lebih besar dari jarak antara Bumi dan Bulan, sekitar 380.000 kilometer. Meskipun CME umum terjadi begitu dekat dengan maksimum Matahari, CME ini sedikit menonjol, baik karena tampaknya sedang menuju langsung ke Merkurius, dan karena beberapa gambar luar biasa telah terekam.

CME adalah penyebab aurora dan aktivitas terkaitnya. CME terjadi ketika semburan Matahari mengangkat medan magnet dan plasma dari Matahari dan menembakkan keduanya ke luar angkasa.

Tidak semua suar dan bahkan tidak semua suar besar menghasilkan CME, yang merupakan salah satu hal yang membuat aktivitas Matahari sulit diprediksi. Ketika suar terjadi, partikel bermuatan yang terangkat dari Matahari jika diarahkan ke Bumi, disalurkan oleh magnetosfer ke kutub, tempat mereka mengionisasi atom yang melepaskan cahaya saat kembali ke keadaan dasar.

Merkurius tidak memiliki atmosfer, jadi hingga baru-baru ini, diperkirakan tidak akan terjadi hal menarik saat CME menghantam. Namun setahun lalu, bukti dipublikasikan dan menunjukkan bahwa CME melakukan sesuatu spektakuler serupa dengan aurora, bagi siapa pun yang dapat melihat di bagian spektrum sinar-X.

Elektron CME mencapai permukaan tanpa hambatan yang menyebabkan batuan itu sendiri berpendar pada panjang gelombang sinar-X, setelah mengompresi magnetosfer Merkurius. Pada Maret lalu ia melepaskan satu CME besar ke Merkurius, dan kini ia telah mengirimkan CME lainnya ke planet kecil itu.

Mudah-mudahan, hal ini akan terus terjadi karena pada Desember tahun depan, wahana antariksa BepiColombo akan memasuki orbit Merkurius jika berjalan lancar.

Wahana ini telah tiga kali terbang lintas ke tujuannya, menggunakan gravitasi planet tersebut untuk menyesuaikan lintasannya mengelilingi Matahari, seperti yang dilakukannya dua kali terhadap Venus, memungkinkan penyisipan orbital.

Masih ada tiga kali terbang lintas lagi yang akan dilakukan. Data dari salah satu kunjungan singkat ini adalah yang memberi tahu para astronom tentang seluruh fluoresensi sinar-X.

Jadi jika CME menghantam saat wahana tersebut berada di orbit, manfaat ilmiahnya bisa sangat besar. Apakah maksimum Matahari akan terus berlanjut selama itu, masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Foto: NASA SOHO

Solar Dynamics Observatory milik NASA hanya menangkap sebagian CME, karena sedang menjalani kalibrasi, tetapi GOES-16 Solar Ultraviolet Imager milik NOAA menangkap semuanya, demikian pula Solar and Heliospheric Observatory (SOHO) milik NASA, yang gambarnya ditunjukkan di atas.

Namun, semua ini bisa dibilang dikalahkan oleh astrofotografer asal Argentina Eduardo Schaberger Poupeau. Schaberger Poupreau, yang kerap memenangkan penghargaan astrofotografi, memiliki banyak gambar Matahari di akun Instagram-nya. Di antara foto-foto itu, gambar di bawah ini yang paling menonjol.

Lidah api Matahari membentang lebih jauh dari jarak Bumi ke Bulan, dan membantu mengirimkan CME ke Merkurius. Foto: Eduardo Schaberger Poupeau

"Meskipun ada turbulensi atmosfer yang sangat besar (selama musim dingin, dan 'penglihatan' saya sangat buruk, saya berhasil memotret lidah plasma raksasa di Matahari dengan teleskop H-alpha saya," kata Poupea dikutip dari Spaceweather.com, Minggu (20/7/2024).

"Saat saya menyaksikannya, tonjolan itu terus membesar dan mencapai ketinggian yang mengagumkan, lebih dari 380 ribu km, lebih dari jarak antara Bumi dan Bulan! Fenomena Matahari ini sungguh spektakuler," ucapnya terkagum-kagum.

"Lidah plasma raksasa itu memanjang seperti ular api. Besarnya dan keindahan peristiwa ini membuat saya takjub, mengingatkan saya sekali lagi akan keagungan dan kekuatan alam semesta di sekitar kita," tutupnya.


























Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "Astrofotografer Abadikan Matahari Saat Julurkan Lidah Api Spektakuler"