Ilustrasi pasien. (Foto: iStock) |
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Prof Dr dr Aru W Sudoyo, SpPD-KHOM menyebut tren temuan kasus kanker baru di nyaris seluruh dunia termasuk Indonesia, semakin muda. Meski perkembangan sel kanker umumnya terjadi pada rentang 40 tahun ke atas, banyak gaya hidup tak sehat yang kerap diabaikan sebagai faktor risiko.
"Di Indonesia maupun Amerika semakin muda, semakin jelek lingkungannya," kata dr Aru saat ditemui di Jakarta Pusat, Selasa (13/8/2024).
Misalnya, faktor risiko kanker dari makanan, angkanya relatif cukup besar yakni 30 persen. Pewarna pada makanan menjadi zat karsinogenik, banyak ditemui pada jajanan maupun makanan sehari-hari.
"Makanan menempati posisi 35 persen, ada zat pengawet misalnya di saus tomat, atau saus lain. Lalu misalnya kerupuk, saat digoreng itu dia warnanya tidak pudar, masih pekat, itu harus hati-hati," saran dia saat ditemui di Gedung Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Selasa (13/8/2024).
70 Persen Kanker Ditemukan saat Stadium Lanjut
Prof Aru merinci, lebih dari 70 persen kasus kanker terlambat ditangani. Pasalnya, mereka datang dalam kondisi stadium lanjut saat peluang kesembuhan sudah di bawah 30 persen.
Ia menyayangkan banyak masyarakat yang belum menyadari pentingnya melakukan skrining, minimal satu tahun sekali. Terlebih, jika mengeluhkan gejala.
Masyarakat diimbau untuk melakukan skrining, minimal di puskesmas yang bisa dilakukan secara gratis satu tahun sekali. Terutama jika sudah berada di rentang usia 40 tahun.
Namun, bagi mereka dengan riwayat genetik kanker, disarankan untuk melakukan skrining lebih dini.
"Banyak kanker yang akhirnya terlambat diperiksa, bila fokus di kuratif, pengeluaran biayanya tentu lebih banyak. Karenanya, lebih penting jangan sampai terlambat ditangani, dengan melakukan skrining," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Pakar Soroti Usia Pasien Kanker Makin Muda, Kebanyakan Dipicu Hal Sepele Ini"