Ilustrasi. (Foto: Shutterstock) |
Korea Selatan merupakan salah satu negara yang tengah dilanda krisis populasi. Hal ini tercermin dari tingkat kelahiran yang anjlok hingga mencatat rekor terendah, dengan rata-rata jumlah bayi lahir hanya 0,72 per wanita pada 2023.
Ada sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut. Selain karena sosial dan ekonomi, meningkatnya jumlah warga yang melajang dan menunda memiliki keturunan juga menjadi salah satu faktor yang berkontribusi.
Lantas, mengapa banyak warga Korea Selatan yang memilih tetap melajang? Sebuah aplikasi perjodohan lokal, Noon Date, melakukan survei terhadap 12.060 pria dan wanita yang belum menikah di Korea Selatan, menanyakan alasan mereka tetap melajang.
Sebanyak 28 persen wanita menjawab standar yang terlalu tinggi terhadap calon pasangan menjadi alasan mereka tetap melajang. Sedangkan, 23 persen menjawab kurangnya kesempatan untuk bertemu, dan 16 persen memilih tetap melajang karena merasa diri mereka tidak cukup menarik.
Sementara itu, 29 persen responden pria menjawab kurangnya kesempatan untuk bertemu menjadi faktor utama yang membuat mereka tetap melajang. Diikuti 23 persen yang merasa diri mereka tidak menarik, dan 14 persen punya standar yang terlalu tinggi terhadap calon pasangan.
Dengan semakin berkurangnya jumlah orang di Korea Selatan yang menikah dan memiliki anak, angka kesuburan diprediksi akan merosot lebih tajam. Jika Korea Selatan tidak mampu mengatasi permasalahan tersebut, angka diproyeksikan akan turun hingga 0,52 bayi per wanita.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Sederet Alasan Warga Korsel Betah Menjomblo: Standar Tinggi dan Susah Bertemu"