09 October 2024

Kasus Kanker Payudara di Singapura Terus Meningkat, Terutama pada Generasi Muda

Foto: iStock

Tren mengkhawatirkan, satu dari enam wanita di Singapura mengidap kanker payudara di usia muda. Mayoritas berada di bawah usia 45 tahun.

Minimnya kesadaran terkena kanker membuat banyak pasien terlambat ditangani karena saat terdiagnosis sudah berada di stadium lanjut. Ahli bedah kanker payudara spesialis dr Anthony Tang menyebut belakangan kasus kanker payudara di usia muda memang terus meningkat signifikan.

"Saat ini, bukan hal yang aneh bagi ahli bedah kanker payudara untuk melihat pasien kanker payudara berusia tiga puluhan, atau bahkan dua puluhan, dengan benjolan yang cukup besar," tutur dia, dikutip dari CNA, Senin (7/10/2024).

Baru-baru ini, ia merawat seorang wanita berusia tiga puluhan dengan benjolan berukuran 5 cm yang tidak diperiksa sekitar dua tahun. Pada saat wanita itu berkonsultasi dengan dr Anthony, kanker telah berkembang ke stadium 2 dan mendekati stadium 3.

Pasien termasuk salah satu warga Singapura yang berpikir tidak mungkin terkena kanker di usia muda, sehingga benjolan tersebut relatif diabaikan.

"Itulah sebabnya, dalam praktiknya, kanker payudara sering terdeteksi pada stadium yang sedikit lebih lanjut, seringkali pada stadium 3," lanjut dr Anthony.

Tren tersebut jelas berbeda dengan kurang lebih 20 tahun lalu, saat sebagian besar pasien kanker payudara adalah mereka yang sudah memasuki masa pascamenopause, yakni di usia akhir lima puluh atau enam puluhan.

Jauh berbeda dengan saat ini pasien termuda kanker payudara yang bahkan berada di usia 22 tahun.

"Kanker payudara dini sering kali lebih agresif, umumnya muncul sebagai kanker payudara triple-negatif atau kanker payudara HER2-positif," kata dr Tang.

Apa Pemicunya?

Perubahan budaya berkontribusi terhadap angka-angka ini, demikian keyakinan dr Tang.

"Memiliki anak sebelum usia 35 tahun, menyusui, dan memiliki lebih banyak anak dapat menurunkan risiko kanker payudara," jelasnya.

Namun, semakin banyak wanita Singapura yang memiliki lebih sedikit anak, melahirkan di usia yang lebih tua, dan memilih untuk tidak menyusui. Kecenderungan genetik dan menstruasi di usia yang lebih muda juga meningkatkan risiko kanker payudara.

"Sayangnya, banyak dari faktor-faktor ini dalam banyak hal berada di luar kendali kita," kata dr Tang.

Namun, dua faktor risiko yang diketahui dapat meningkatkan risiko kanker payudara adalah gaya hidup yang tidak banyak bergerak dan kelebihan berat badan. Padahal, dua faktor tersebut dapat dicegah.

Perlu dicatat, memiliki gaya hidup aktif dan pola makan yang baik tidak hanya mengurangi risiko kanker payudara, tetapi juga mengurangi risiko kanker dan penyakit lain, seperti diabetes dan tekanan darah tinggi.

Dalam praktiknya, banyak dokter telah melihat wanita muda mengabaikan benjolan payudara terlalu lama sebelum menemui dokter.

"Hal tentang kanker payudara adalah bahwa tanda yang paling jelas adalah benjolan, tetapi selain memiliki benjolan, hampir tidak ada yang lain. Tidak ada rasa sakit atau ketidaknyamanan," katanya.

"Orang-orang selalu berpikir bahwa kanker dan hal-hal yang berbahaya seharusnya memiliki tanda peringatan, seharusnya menyakitkan. Sayangnya, kanker payudara tidak menimbulkan rasa sakit. Itu tidak mengganggu hidup mereka. Jadi mereka tidak menganggapnya berbahaya."

Kanker payudara disebutnya tumbuh perlahan dan seiring waktu bisa menyebar ke bagian tubuh lain. Alasan lain yang juga kerap ditemui pada pasien yang terlambat terdiagnosis adalah mereka yang merasa takut.

"Terkadang, wanita menunda memeriksa benjolan karena takut. Bersikap berani dan berkonsultasi dengan dokter setiap kali menyadari adanya sesuatu yang baru adalah pesan terpenting yang dapat saya sampaikan kepada semua wanita muda di luar sana," sebutnya.

"Jika mendeteksi [kanker] sejak dini, pengobatannya akan jauh lebih mudah, mungkin tidak memerlukan begitu banyak jenis [pengobatan] seperti kemoterapi. Hampir pasti dapat menyelamatkan payudara. Dan jika mengobati kanker pada stadium dini, itu pasti akan menyelamatkan nyawa," imbau dia.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kasus Kanker Payudara Nanjak Terus di Singapura, Pasien Termuda Usia 22 Tahun"