Ilustrasi. (Foto: Shutterstock) |
Sebuah riset menunjukkan manfaat 'sigh' atau menghela napas pada organ tubuh. Kebiasaan ini diyakini berdampak pada kesehatan jantung lebih baik, tekanan darah stabil, dan pencernaan lancar.
Rupanya, hal itu berkaitan dengan medula oblongata di otak, yakni pusat pernapasan yang membuat seseorang bernapas secara otomatis.
"Menara kontrol yang terletak di bagian terendah otak dan batang otak, mengatur laju pernapasan seseorang dan merespons masukan dari sensor di berbagai area tubuh," kata dr Steve Yang, dokter spesialis pernapasan dan perawatan intensif di Rumah Sakit Mount Elizabeth.
"Sensor-sensor ini memberitahu pusat pernapasan tentang perubahan kadar karbon dioksida dalam darah, kadar oksigen, dan kadar pH," jelasnya.
Pusat pernapasan kemudian menyesuaikan laju pernapasan seseorang dengan mengirimkan impuls ke otot-otot sistem pernapasan untuk menyesuaikan kedalaman dan laju pernapasan.
Jaclyn Chow Kepala Fisioterapis di Heart & Lung Physio membeberkan alasan mengapa menghela napas baik bagi tubuh.
"Menghirup napas dalam-dalam dan mengembuskan napas lebih lama dari biasanya meningkatkan luas permukaan paru-paru, dan meningkatkan pertukaran gas untuk membuang kelebihan karbon dioksida secara lebih efisien dari tubuh," kata Chow.
"Oleh karena itu, menghela napas berperan penting dalam mencegah kolapsnya alveoli (kantung udara kecil berbentuk balon di paru-paru), dan memulihkan kelenturan paru-paru (kemampuan paru-paru untuk mengembang). Ia juga membantu memulihkan kadar oksigen dan karbon dioksida saat kadarnya menjadi terlalu rendah atau tinggi," katanya, dikutip dari CNA.
Tanpa disadari, seseorang menghela napas lebih sering atau lebih banyak dari yang diperkirakan.
"Rata-rata orang tanpa sadar menghela napas sekali setiap lima menit, yang berarti 12 kali per jam saat kita terjaga," kata Chow.
Lebih jauh, kebiasaan ini mengaktifkan sistem saraf parasimpatis dan dapat memperlambat detak jantung, menurunkan tekanan darah, serta memperbaiki pencernaan, demikian tegas dr Yang.
Sistem saraf parasimpatis bekerja seperti mode autopilot tubuh. Ia mengendalikan semua fungsi tubuh yang tidak perlu diperintahkan secara sadar untuk dilakukan agar tetap hidup.
Seperti berkedip, mencerna, mengeluarkan urine, berkeringat, membuat jantung berdetak pada kecepatan tertentu, dan tentu saja, bernapas. Tubuh tampaknya lebih suka beroperasi dalam mode pernapasan dalam yang lambat ini.
"Rem bekerja lebih sehat daripada akselerator di sini," kata Profesor David Spiegel, direktur Pusat Stres dan Kesehatan di Fakultas Kedokteran Universitas Stanford.
"Seseorang bisa langsung berada di fase tenang dengan cara yang agak cepat."
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Sering Menghela Napas Bikin Jantung-Pencernaan Lebih Sehat, Kok Bisa? Ini Temuan Riset"