Ilustrasi diet vegan. (Foto: Getty Images/Thai Liang Lim) |
Seorang wanita di Montreal, Kanada, berbagi pengalamannya yang pernah menjalani pola makan vegan. Tauja yang berusia 47 tahun itu kembali mengkonsumsi daging setelah lima tahun menjadi vegan.
"Saya merasa jauh lebih baik sekarang daripada saat saya menjadi vegan, yang merupakan kebalikan dari apa yang saya harapkan," beber Tauja yang dikutip dari Newsweek.
Awalnya, Tauja menjadi seorang vegan pada tahun 2018. Ini dilakukannya setelah mengalami gejala seperti mual dan kembung saat mengkonsumsi daging.
Pola makannya diganti dengan mengkonsumsi sayuran hijau, buah, dan peningkatan asupan gandum. Ia mengganti daging dengan pasta, kentang, dan makanan lain seperti ubi kayu.
Di awal Tauja merasa tubuhnya sehat dan berhasil menurunkan berat badannya 9-13 kg selama tiga tahun. Tetapi, akhirnya kesehatannya berubah drastis.
Selama proses ini, ia menemukan bahwa kentang menyebabkan masalah kulit, yang menyebabkan eksim, gatal, dan gatal-gatal. Ia juga mengalami kekurangan vitamin yang menyebabkan anemia.
Selain itu, ia menyadari gandum berdampak negatif pada kesehatan mentalnya.
"Karena saya seorang vegan, saya tidak mengaitkan apapun dengan pola makan tersebut. Kami bahkan tidak memikirkan makanan yang menjadi penyebabnya," kata Tauja.
"Setelah menjalani tes, saya kekurangan vitamin B, D, dan K. Saya harus mengkonsumsi suplemen magnesium, omega, dan zat besi," sambungnya.
Menurut satu tinjauan sistematis, yang dilakukan dari penelitian yang dipublikasikan antara tahun 2000 dan Januari 2020, menilai asupan nutrisi dalam pola makan nabati (vegetarian dan vegan) dibandingkan dengan pola makan berbasis daging.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, meskipun pola makan nabati kaya akan serat, folat, vitamin C, E, dan magnesium, pola makan tersebut menunjukkan asupan nutrisi utama yang lebih rendah seperti vitamin B12, vitamin D, zat besi, seng, yodium, dan kalsium, terutama di kalangan vegan.
Hingga di bulan Juli 2024, Tauja mulai mengikuti pola makan yang sesuai dengan golongan darah O miliknya. Ia mengkonsumsi protein tinggi dari daging, sayuran, ikan, buah, dan mengurangi gula.
"Saya mulai makan daging lagi pada bulan Agustus dan dalam waktu sebulan, saya melihat tubuh saya berubah. Sejak mulai makan daging merah dan ikan, anemia saya membaik, begitu pula dengan prediabetes," tutur Tauja.
"Saya tidak lagi mengalami keringat malam yang berlebih, dan suasana hati serta perilaku saya membaik secara signifikan," lanjut dia.
Kata Ahli soal yang Dialami Tauja
Ahli gizi diet terdaftar, Elizabeth Brown, dari Santa Monica, California, mengatakan peningkatan yang dialami Tauja lebih mungkin disebabkan oleh penambahan kembali protein hewani daripada menghilangkan kentang dan gandum.
Brown menjelaskan bahwa sulit untuk mendapatkan cukup seng pada diet vegan, karena sumber makanan mengandung nutrisi dan serat yang dapat menghambat penyerapan.
Seng atau zinc dari sumber hewani lebih mudah diserap. Meskipun diet vegan kemungkinan besar mengandung banyak karotenoid vitamin A, jika tanpa seng yang cukup, kadar vitamin A mungkin rendah. Vitamin A berperan penting dalam kesehatan kulit.
"Produk hewani mengandung vitamin B12, zat besi, seng, asam lemak omega-3, yang semuanya dapat berperan dalam metabolisme energi, produksi sel darah merah, dan neurotransmitter, yang masing-masing dapat memengaruhi energi dan suasana hati," jelas Brown.
"Kesehatan kulit dapat dipengaruhi oleh protein yang cukup, asam lemak omega-3, dan lemak makanan yang cukup yang membantu penyerapan vitamin yang larut dalam lemak yang penting untuk kulit," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "5 Tahun Jalani Diet Vegan, Wanita Ini Ceritakan Rasanya Kembali Makan Daging"