06 March 2025

Altitude Sickness, Penyakit yang Mengancam Pendaki Gunung

Trek pendakian Puncak Carstensz. Foto: (Afif Farhan/detikTravel)

Kematian dua pendaki di Puncak Jaya atau puncak Carstensz Pyramid di Kabupaten Mimika, Papua Tengah, disebut-sebut akibat mengalami Acute Mountain Sickness (AMS). Keduanya juga dikabarkan hipotermia sebelum meninggal dunia.

Acute Mountain Sickness (AMS) termasuk dalam kategori Altitude Illness Syndromes atau sindrom penyakit ketinggian dengan beberapa jenis lainnya meliputi high-altitude cerebral edema (HACE) dan high-altitude pulmonary edema (HAPE).

Pada ketinggian yang lebih tinggi, tekanan udara di sekitar atau tekanan barometrik menurun sehingga oksigen di udara sekitar berkurang. Orang dapat hidup dengan nyaman di ketinggian yang cukup tinggi, tetapi tubuh harus melakukan beberapa penyesuaian, dan ini memerlukan waktu.

Jika seseorang naik ke ketinggian di atas 8.000 kaki, mereka akan berisiko mengalami gejala yang tidak nyaman atau berbahaya akibat perubahan ketinggian.

Apa itu penyakit ketinggian?

Dikutip dari laman Harvard Health, Altitude Illness Syndromes atau sindrom penyakit ketinggian terjadi ketika seseorang berada di tempat yang tinggi tanpa memberikan tubuh mereka waktu untuk beradaptasi.

Ada tiga jenis penyakit ketinggian: Acute mountain sickness (AMS), HACE dan HAPE.

AMS atau penyakit gunung akut merupakan jenis penyakit ketinggian yang paling sering terjadi. Penyakit ini menyerang hampir setengah dari semua orang yang memulai pendakian di dekat permukaan laut dan mendaki hingga ketinggian 4.200 meter tanpa menjadwalkan waktu istirahat yang cukup.

Jika tidak terdeteksi, AMS dapat berujung pada dua jenis penyakit ketinggian lainnya yang lebih serius dan berpotensi mengancam nyawa.

Salah satu reaksi berbahaya terhadap ketinggian adalah kondisi yang disebut edema serebral ketinggian tinggi atau high-altitude cerebral edema (HACE), ketika otak mengumpulkan cairan ekstra, membengkak, dan berhenti bekerja dengan baik.

Penyakit lainnya yakni edema paru ketinggian tinggi atau high-altitude cerebral edema (HAPE), dapat terjadi dengan atau tanpa gejala peringatan yang menandakan penyakit ketinggian. HAPE menyebabkan cairan masuk ke paru-paru.

Jenis penyakit ketinggian lainnya yakni high-altitude retinal hemorrhage (HARH) yang dapat menyebabkan kerusakan mata. Koma dan kematian merupakan konsekuensi paling serius dari penyakit ketinggian.

Edema serebral akibat ketinggian dianggap oleh banyak ahli sebagai bentuk ekstrem dari penyakit gunung akut. Edema ini biasanya berkembang setelah gejala penyakit gunung akut. Gejala penyakit ketinggian yang lebih parah ini mungkin tidak langsung terlihat karena penyakitnya dapat dimulai pada malam hari.

Karena cedera akibat rendahnya oksigen ini memengaruhi otak dan proses berpikir, seseorang dengan edema serebral akibat ketinggian mungkin tidak menyadari bahwa gejalanya telah menjadi lebih parah hingga seorang rekan seperjalanan menyadari perilaku yang tidak biasa.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Mengenal Altitude Sickness, Penyakit Ketinggian yang Mengancam Pendaki Gunung"