14 June 2025

Apakah COVID -19 Varian 'Nimbus' Lebih Menular? Ini Kata Eks Petinggi WHO

Ilustrasi (Foto: Getty Images/subjob)

Mantan Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama, mengungkapkan sejumlah fakta terkait varian baru COVID-19 NB.1.8.1 atau dikenal sebagai varian Nimbus, yang kini tengah menjadi perhatian global.

"Pertama, Laporan Disease Outbreak News WHO terbaru menyebutkan bahwa mulai pertengahan April 2025 maka sirkulasi varian LP.8.1 mulai berkurang dan varian baru NB.1.8.1 mulai meningkat, dan kini mendapat perhatian penting dunia dan diberi nama varian Nimbus,' ucapnya saat dihubungi detikcom, Kamis (12/6/2025).

Ia mengatakan, WHO telah menetapkan varian tersebut sebagai Variant Under Monitoring (VUM). Dalam sistem klasifikasi WHO, VUM adalah salah satu dari tiga kategori utama varian virus, di bawah Variants of Interest (VOI) dan Variants of Concern (VOC).

"Varian yang masuk kategori VUM berpotensi berubah status tergantung pada perkembangan data ilmiah ke depan," ujarnya.

Secara genomik, lanjut Prof Tjandra, varian Nimbus terkait dengan varian XDV.1.5.1 dan JN.1. Bila dibandingkan dengan varian LP.8.1 yang sebelumnya dominan, Nimbus memiliki beberapa mutasi penting pada protein spike, termasuk di posisi T22N, F59S, G184S, A435S, V445H, dan T478I.

Selain itu, mutasi spike di posisi 445 meningkatkan keterikatan virus dengan reseptor hACE2, yang diduga membuat varian ini lebih mudah menular, kemungkinan menjadi penyebab lonjakan kasus COVID-19 di beberapa negara saat ini.

Prof Tjandra yang juga Direktur Pascasarjana Universitas YARSI mengatakan mutasi lain di posisi 435 dan 478 menunjukkan penurunan efektivitas antibodi dalam menetralkan virus, sehingga memperkuat kemampuan imun dari varian ini.

"Hingga 18 Mei 2025 sebanyak 518 sekuens NB.1.8.1 telah dilaporkan ke GISAID dari 22 negara. Proporsi varian ini meningkat dari 2,5 persen pada awal April menjadi 10,7 persen secara global pada pekan epidemiologi ke-17 21-27 April 2025," ujarnya.

Adapun lonjakan ini terdeteksi di Asia, Eropa, dan Amerika. Karenanya, ia mendorong Indonesia untuk memperkuat surveilans genomik, termasuk melalui kebijakan tes COVID-19 pada semua pasien Severe Acute Respiratory Illness (SARI) yang dirawat dan 5 persen dari kasus Influenza-Like Illness (ILI).

"Kemudian, semua hasil positif COVID-19 pada kasus SARI lalu dikirimkan untuk pemeriksaan "Whole Genome Sequencing" di laboratorium," katanya.

Tak hanya itu, Prof Tjandra juga menyebut, ada empat hal penting terkait varian Nimbus menurut World Health Network. Pertama, varian ini memang tampaknya lebih mudah menular.

Kedua, gejalanya bisa berupa sakit tenggorokan berat seperti tersayat silet (razor-blode), lemas, batuk ringan, demam, dan nyeri otot. Ketiga, tingkat keparahan penyakit masih perlu waktu untuk dikaji lebih lanjut.

Keempat, kemunculan varian ini pada musim panas menunjukkan COVID-19 tidak hanya menyebar saat cuaca dingin.


























Artikel ini telah tayang di sport.detik.com dengan judul "Eks Petinggi WHO Beberkan Fakta soal Varian COVID 'Nimbus', Benarkah Lebih Menular?"