19 June 2025

Untuk Hadapi Krisis Populasi, Ini yang Dilakukan China untuk Warganya

Foto: REUTERS/ALY SONG

Otoritas kesehatan di provinsi Sichuan, China, mengusulkan untuk memperpanjang cuti menikah hingga 25 hari dan cuti melahirkan hingga 150 hari, untuk membantu menciptakan "masyarakat yang mendukung kesuburan" yang akan meningkatkan jumlah penduduk negara tersebut.

Langkah tersebut dilakukan saat pemerintah China berjuang untuk meningkatkan angka kelahiran di ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut. Jumlah penduduk China turun selama tiga tahun berturut-turut pada tahun 2024 dan para ahli telah memperingatkan bahwa penurunan tersebut akan terus memburuk.

Diberitakan Reuters, Komisi Kesehatan Sichuan, yang menerbitkan draf tersebut di situs webnya, tengah mencari opini dan komentar publik mulai 30 Mei hingga 30 Juni.

Usulan tersebut akan memperpanjang cuti menikah hingga 400 persen dari lima hari yang diberikan saat ini dan lebih dari dua kali lipat dari periode cuti melahirkan 60 hari yang berlaku saat ini.

Sichuan juga berencana untuk memperpanjang cuti ayah dari 20 hari menjadi 30 hari untuk "memfasilitasi perawatan pria terhadap istri mereka setelah melahirkan dan membantu mengadvokasi agar pasangan berbagi tanggung jawab dalam membesarkan anak," kata pihak berwenang.

Provinsi ini telah muncul sebagai salah satu provinsi paling progresif di China. Pemerintahnya juga telah mengizinkan perempuan yang belum menikah untuk mengakses perawatan IVF dan pada tahun 2023 pihak berwenang di sana mengumumkan bahwa individu yang belum menikah akan memenuhi syarat untuk mendapatkan manfaat yang disediakan bagi pasangan yang sudah menikah.

Angka kelahiran di China menurun selama beberapa dekade sebagai akibat dari kebijakan satu anak yang diterapkan dari tahun 1980 hingga 2015 serta urbanisasi yang cepat.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Rencana Pemerintah China Biar Warganya Nggak 'Punah' karena Krisis Populasi"