26 August 2025

Awal Mula Wanita 25 Tahun Ini Kena Kanker Payudara

Foto: Ilustrasi kanker payudara (iStock)

Seorang wanita berusia 25 tahun harus menghadapi kenyataan pahit saat mengalami menopause dini. Sebelumnya, dia didiagnosis mengidap kanker payudara.

Dikutip dari laman New York Post, semua bermula pada tahun lalu saat Alexis tengah berbaring di tempat tidur di rumahnya di suatu malam. Dia tengah menggaruk bagian payudara, kemudian mendadak berhenti saat jari-jarinya menyentuh benjolan kecil dan keras di payudara kanannya.

Ketika merasakan itu, pikirannya melayang dan membayangkan berbagai kemungkinan, mulai dari jaringan fibrosa, kista, hingga tumor jinak. Dia juga terbayang satu hal yang tidak bisa disingkirkan, yaitu kanker payudara. Terlebih, ia memiliki riwayat kanker di keluarga, ayahnya meninggal karena kanker saluran empedu pada usia 67 tahun.

Pada 2025, American Cancer Society memperkirakan, sebanyak 316.950 wanita di Amerika Serikat akan didiagnosis mengalami penyakit ini. Namun, hanya sebagian kecil kanker payudara yang dialami oleh wanita di bawah usia 45 tahun. Bahkan, lebih sedikit lagi yang semuda Alexis yang saat itu baru berusia 24 tahun.

Dia tidak langsung memeriksakan diri. Beberapa hari kemudian, dia pergi berselancar selama tiga minggu ke Indonesia untuk mengejar ombak yang dikenalkan ayahnya sejak kecil.

Benjolan yang dimilikinya sebesar permen saat dia pergi. Tapi, setelah kembali ke negaranya, benjolan itu telah tumbuh sebesar anggur.

Karena khawatir, dokter menyuruhnya untuk melakukan pemeriksaan mamografi dan biopsi. Setelah diperiksa, dia mendapat telepon dan memintanya datang keesokan harinya untuk membahas hasil pemeriksaan.

"Saya benar-benar terpuruk," kata Alexis.

"Bagaimana kalau penyakit ini mematikan? Bagaimana kalau tumbuhnya lebih cepat daripada kita bisa mulai kemoterapi? Lalu, bagaimana dengan pekerjaanku? Ya Tuhan, apakah aku masih bisa punya anak suatu hari nanti?

Keesokan paginya, ketakutannya terbukti. Benjolan tersebut adalah kanker payudara triple positif stadium 1. Dua minggu kemudian, hasil MRI menunjukkan bahwa benjolan itu berkembang ke stadium 2.

Dokter memperingatkan bahwa kemoterapi bisa mengancam kemampuannya untuk memiliki anak secara alami. Suntikan hormon untuk mencegah kanker di masa depan juga bisa membuatnya mengalami menopause dini. Jadi, dia menemui seorang spesialis fertilitas yang menyarankan untuk membekukan sel telurnya.

Setelah pengambilan sel telur, dia terbaring selama dua minggu dan tidak bisa bergerak karena sakit perut.

Menjalani Kemoterapi

Alexis memulai enam putaran kemoterapi. Untuk mencoba menyelamatkan rambutnya, dia melakukan cold crapping, perawatan mendinginkan kulit kepala, mengurangi aliran darah, dan membuat folikel rambut tidak terlalu rentan terhadap obat-obatan. Namun, hal tersebut memberi efek samping seperti sakit kepala, menggigil, pusing, dan nyeri kulit kepala.

"Sulit rasanya melihat orang-orang seusiaku pergi keluar dan bersenang-senang, bertemu orang baru. Hidupku seperti terhenti," katanya.

Alexis menyelesaikan kemoterapi dan tumornya menyusut secara signifikan. Setelah itu dia menghadapi serangkaian operasi berat, yaitu pengangkatan tumor, mastektomi, dan rekonstruksi payudara.

"Titik balik saya adalah menyadari bahwa saya perlu melakukan ini untuk diri saya sendir. Bukan untuk anak yang bahkan belum saya miliki," ujarnya.

Selama setahun ke depan Alexis akan mendapat infus hormon untuk menurunkan risiko kambuhnya kanker. Selama dekade berikutnya, dia akan mengonsumsi pil KB setiap hari yang menghentikan ovariumnya memproduksi estrogen untuk mengurangi risiko kekambuhan lebih lanjut.

Perawatan tersebut membuatnya memasuki masa menopause puluhan tahun lebih awal. Sehingga menimbulkan sejumlah gejala.

"Saya merasakan hot flashes, sekitar 20 kali dalam sehari," ujarnya, dia menambahkan bahwa dirinya juga berjuang melawan insomnia, nyeri sendi, kekeringan vagina,dan perubahan suasana hati,

"Suatu hari saya depresi, hari berikutnya saya gembira, lalu saya mati rasa," kata tambahnya.

Meski demikian, Alexis tetap berharap pada masa depan.

"Saya tahu saya selalu menjadi orang yang sangat kuat karena apa yang telah saya lalui, tetapi ini telah mengajarkan saya bahwa langit tidak terbatas dengan apa yang dapat saya lakukan," kata Alexis.

"Kita selalu berpikir bahwa kita akan muda dan sehat selamanya, padahal itu tidak benar," tuturnya.

























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Cerita Wanita Kena Kanker Payudara di Usia 25, Ini Awal Mulanya"