![]() |
Ilustrasi makanan bergizi gratis. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Dariia Havriusieva) |
Badan Gizi Nasional (BGN) menanggapi laporan dugaan keracunan makan bergizi gratis yang menimpa sejumlah siswa SMAN 1 Yogyakarta. Laporan tersebut mencuat setelah ratusan siswa mengeluhkan sakit perut pada Kamis dini hari (16/10).
Kepala SMAN 1 Yogyakarta, Ngadiya, menyampaikan pihak sekolah baru mengetahui kejadian itu pada Kamis pagi. Menyusul laporan yang masuk, sekolah langsung menyebarkan kuesioner kepada seluruh siswa untuk memantau kondisi mereka.
Dari hasil kuesioner, tercatat 426 dari total 972 siswa mengaku mengalami diare antara pukul 01.00 hingga 03.00 WIB. Pada hari yang sama, ada 32 siswa tidak masuk sekolah, penyebab ketidakhadiran mereka belum dapat dipastikan.
Meski ratusan siswa melaporkan gejala tersebut, kegiatan belajar mengajar tetap berlangsung seperti biasa. "Tidak ada siswa yang harus dilarikan ke fasilitas kesehatan atau dipulangkan lebih awal. Proses belajar tetap berjalan normal," ujar Ngadiya.
Tim Gabungan Lakukan Penelusuran
Usai menerima laporan, tim gabungan dari BGN, Dinas Kesehatan Provinsi DIY, dan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta langsung turun ke lokasi. Mereka mengambil sampel makanan untuk diuji di laboratorium dan menelusuri kemungkinan sumber penyebabnya.
"Kami menelusuri secara cermat asal dugaan kontaminasi. Kami juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang sambil menunggu hasil uji laboratorium resmi," kata Kepala Kantor Pemenuhan Gizi (KPPG) Sleman, Harsono.
Kepala Biro Hukum dan Humas BGN, Khairul Hidayati, menegaskan lembaganya menempatkan keamanan pangan sebagai hal yang tidak bisa ditawar dalam setiap layanan gizi masyarakat.
"Keamanan pangan bukan sekadar soal kebersihan makanan, tapi juga menyangkut kepercayaan publik terhadap sistem gizi nasional. Karena itu, setiap dugaan pelanggaran, sekecil apa pun, akan kami tindaklanjuti dengan serius," ujar Khairul.
Sebagai langkah antisipasi, BGN menginstruksikan penghentian sementara operasional Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang melayani sekolah tersebut.
Langkah ini diambil untuk memungkinkan evaluasi menyeluruh terhadap proses pengolahan, penyimpanan, dan distribusi makanan, agar insiden serupa tidak terulang dan keamanan pangan di lingkungan sekolah tetap terjamin.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "BGN Buka Suara soal Laporan 426 Siswa SMAN 1 Yogyakarta Keracunan MBG"