15 October 2025

Korban Keracunan MBG Tidak Hanya Anak Sekolah

Ilustrasi menu makanan bergizi gratis. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Dariia Havriusieva)

Kasus keracunan program makan bergizi gratis (MBG) kembali meningkat tajam di berbagai daerah. Dalam sepekan terakhir, 6 hingga 12 Oktober 2025, Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat 1.084 korban baru.

Lonjakan ini dinilai menunjukkan masalah serius dalam pelaksanaan MBG, yang sejak awal digadang-gadang sebagai upaya perbaikan gizi di anak sekolah.

"Setiap pekan ribuan anak tumbang karena MBG, tapi negara justru membiarkan dapur-dapur tetap beroperasi. Ini bukan sekadar kelalaian, ini adalah krisis tanggung jawab publik," tegas Ubaid Matraji, Koordinator Nasional JPPI, dalam keterangannya, Senin (13/10/2025).

Kasus Keracunan Meluas

JPPI melaporkan dua wilayah baru yang terdampak kasus keracunan MBG, yakni Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, dan Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo, sebelumnya tidak pernah masuk dalam daftar daerah terpapar.

"Ini bukti penyebaran kasus semakin luas dan tak terkendali," beber Ubaid.

Adapun provinsi dengan korban terbanyak dalam sepekan terakhir meliputi:
  • Nusa Tenggara Timur (NTT): 384 korban (Timor Tengah Selatan)
  • Jawa Tengah: 347 korban (Karanganyar, Klaten, Salatiga)
  • Kalimantan Selatan: 130 korban (Kabupaten Banjar)
Jika dihitung sejak Januari hingga 12 Oktober 2025, lima provinsi dengan korban keracunan MBG tertinggi adalah:
  • Jawa Barat: 4.125 korban
  • Jawa Tengah: 1.666 korban
  • Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY): 1.053 korban
  • Jawa Timur: 950 korban
  • Nusa Tenggara Timur: 800 korban
JPPI mencatat, Jawa Timur dan NTT mengalami lonjakan signifikan. Dua provinsi ini sebelumnya tidak termasuk lima besar per 30 September 2025, tetapi kini naik drastis akibat peningkatan kasus baru.

Korban Tak Cuma Anak Sekolah

Hal yang dinilai lebih memprihatinkan, korban kini tak hanya dari kalangan peserta didik. JPPI menerima laporan guru, balita, ibu hamil, hingga anggota keluarga ikut menjadi korban setelah mengonsumsi makanan MBG yang dibawa pulang dari sekolah atau disalurkan melalui posyandu.

Kasus semacam ini dilaporkan di Bima (NTB), Ketapang (Kalimantan Barat), dan Timor Tengah Selatan (NTT).

"Ini sudah bukan masalah teknis dapur lagi. Ini menunjukkan lemahnya sistem pengawasan dan penjaminan mutu yang seharusnya dijalankan oleh pemerintah pusat," ujar Ubaid.

























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kasus Keracunan MBG Naik Lagi Sepekan Terakhir, Korban Kini Tak Cuma Anak Sekolah"