![]() |
| Foto: Getty Images/Mininyx Doodle |
Henti jantung atau juga dikenal cardiac arrest terjadi ketika jantung berhenti berdetak secara mendadak. Henti jantung adalah kondisi kesehatan yang sangat serius dan tidak boleh disepelekan bila terjadi. Kondisi ini bahkan bisa dialami oleh siapa saja, bahkan orang yang tampak sehat sekalipun.
Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Braveheart - Brawijaya Hospital Saharjo, Dr dr M Yamin, SpJP(K), SpPD, FACC, FSCAI, FAPHRS, FHRS menjelaskan kematian akibat henti jantung mendadak bisa terjadi dengan timbulnya gejala, seperti nyeri dada, jantung berdebar, atau kehilangan kesadaran.
Namun, kematian akibat henti jantung mendadak juga bisa terjadi pada seseorang tanpa keluhan apapun.
"Misalnya pernah ketemu temen ya, dikabarkan meninggal mendadak melalui telepon atau apa. Padahal tadi pagi saya masih ketemu dia nih, masih ngobrol, masih makan. Jadi kalau kita ketemu dalam 24 jam itu dia masih sehat, dan dia meninggal dalam rentang waktu itu, kita sebut juga kematian (jantung) mendadak,' ucapnya dalam tayangan detikSore, Selasa (28/10/2025).
"Jadi dua itu kira-kiranya, sejak gejala pertama muncul dalam satu jam, atau ketemu terakhir dalam keadaan sehat tanpa gejala apapun, terus dia meninggal," katanya.
Apa Pemicunya?
dr Yamin menjelaskan adanya faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami henti jantung mendadak. Yang pertama adalah riwayat serangan jantung sebelumnya. Meskipun sudah pulih, orang yang pernah mengalaminya tetap memiliki risiko lebih tinggi.
Faktor kedua adalah riwayat keluarga, terutama jika ada anggota keluarga sedarah, seperti ayah, kakak, atau adik, yang meninggal mendadak di usia di bawah 40 tahun. Menurut dr Yamin, Ini biasanya berhubungan dengan kelainan listrik jantung yang bersifat genetik.
"Jadi ada kelainan-kelainan listrik jantung yang sifatnya genetik. Jadi salah satunya itu kalau ada saudara kandung," ucapnya lagi.
Selain itu, gejala seperti jantung berdebar disertai pusing atau hampir pingsan tanpa sebab jelas juga perlu diwaspadai. Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) dapat membantu mendeteksi kelainan listrik jantung bawaan atau kondisi lain seperti penebalan otot jantung.
"Atau orang-orang dengan penyakit jantung bawaan tertentu, misalnya kotor jantungnya terlalu tebal, sudah ketahuan misalnya dari pemeriksaan sebelumnya," kata dr Yamin.
Faktor risiko berikutnya berasal dari penyakit jantung koroner, yang dipicu oleh kebiasaan merokok, obesitas, diabetes, dan kolesterol tinggi. Semua kondisi tersebut dapat mempersempit pembuluh darah jantung, memicu serangan jantung, dan pada akhirnya berujung pada henti jantung mendadak.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Tampak Sehat Tiba-tiba Meninggal, Dokter Ungkap Kemungkinan Pemicunya"
