07 December 2025

Inikah Penyebab Food Waste Meningkat Tajam di Indonesia?

Ilustrasi food waste. (Foto: Getty Images/gremlin)

Sekretaris Jenderal Indonesian Gastronomy Community Dr dr Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH menegaskan persoalan food waste di Indonesia tak bisa dilepaskan dari pola makan dan perilaku konsumsi.

"Pola makan kita adalah faktor besar yang sering diabaikan," ujar Ray kepada wartawan, Selasa (2/12/2025).

Merujuk pada riset Health Collaborative Center (HCC) di 2024 yang menemukan 5 dari 10 orang Indonesia mengalami emotional eating, kebiasaan ini bisa meningkatkan food waste di rumah hingga 3 kali lipat.

Menurut Ray, food waste terjadi ketika makanan dipilih karena tren, bukan kebutuhan. Ketika porsi dipesan berlebihan demi estetika, atau ketika ukuran piring dianggap gengsi, bukan nutrisi.

"Ini bukan sekadar urusan teknis dapur, tapi transformasi pola makan masyarakat," tegasnya.

Ia menilai pola makan seperti ini perlu diedukasi, dan didapatkan sejak usia dini, dari lingkup terdekat seperti keluarga.

Hal yang sama diutarakan Ketua Umum IGC, Ria Musiawan. Edukasi semacam itu bahkan bisa diberikan melalui program pemerintah yang kini tengah berjalan yakni makan bergizi gratis.

Sasaran utamanya adalah para guru yang setiap hari terlibat dalam distribusi MBG di sekolah. Ria menyebut, banyak nilai lokal yang sebenarnya masih relevan untuk mengajarkan anak menghargai makanan.

"Kami mengangkat lagi pesan-pesan lama yang biasa nenek moyang kita pakai. Misalnya, 'Ayo makanannya dihabiskan, kalau tidak Dewi Sri menangis'. Pesan simpel tapi melekat," ujarnya.

Dewi Sri, dewi padi dan kesuburan dalam mitologi Nusantara, sejak lama menjadi simbol pentingnya pangan dalam budaya agraris Indonesia. Dalam imajinasi kolektif masyarakat, namanya digunakan untuk mengajarkan anak agar tidak menyia-nyiakan makanan.

"Nasihat itu nempel banget sampai sekarang, termasuk buat saya. Dan kami ingin guru-guru menyampaikan kembali pesan-pesan seperti ini agar anak sadar bahwa makanan itu harus dihabiskan," kata Ria.

Program edukasi IGC ini sudah berjalan di Jakarta, Bandung, Cirebon, Bogor, dan Yogyakarta, dan mendapat dukungan Badan Gizi Nasional (BGN).

"Kami presentasikan dulu programnya ke BGN dan mereka mendukung. Jadi setiap kegiatan selalu dikawal dan mereka tahu persis apa yang kami lakukan," tambah Ria.

Selain soal budaya makan, edukasi juga mencakup etika makan dasar, duduk dengan benar, tidak membawa alat makan ke mana-mana, hingga cara mengunyah yang baik demi kesehatan.

"Harapannya, anak-anak sadar bahwa makanan itu sangat penting buat perkembangan kognitif mereka. Cara makan yang benar itu sama pentingnya dengan makanan itu sendiri," tutup Ria.

























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "5 dari 10 Warga +62 Alami Emotional Eating, Bisa Picu Food Waste Naik 3 Kali Lipat"