30 September 2025

Pakar: Tak Ada Kaitan Antara Autisme dan Konsumsi Parasetamol

Ilustrasi obat. (Foto: Shutterstock)

Belakangan ramai klaim Presiden Amerika Serikat Donald Trump soal ibu hamil dengan parasetamol. Ia menyebut mereka yang mengonsumsi Tylenol, yang dikenal sebagai parasetamol di tempat lain, menjadi penyebab autisme pada anak.

Sejak itu, para ahli medis telah menentang keras dan pejabat kesehatan di Inggris telah menekankan, bahwa parasetamol tetap menjadi obat penghilang rasa sakit teraman yang tersedia untuk ibu hamil.

Namun, para ilmuwan di Exeter University menemukan petunjuk baru tentang bagaimana kondisi autisme bisa terjadi. Mereka melakukannya dengan memetakan perubahan kimiawi pada DNA selama perkembangan dan penuaan otak.

Dikutip dari The Sun, tim tersebut secara khusus mempelajari perubahan epigenetik, penanda kimiawi pada DNA yang mengontrol bagaimana gen diaktifkan atau dinonaktifkan. Perubahan-perubahan ini krusial dalam mengatur bagaimana informasi dalam gen digunakan, dan memandu sel-sel otak untuk berkembang dengan benar.

Sebuah mekanisme penting, yang dikenal sebagai metilasi DNA, diteliti pada hampir 1.000 otak manusia yang didonorkan, sejak lahir, hanya enam minggu setelah pembuahan hingga usia 108 tahun.

Para peneliti juga berfokus pada korteks, wilayah otak yang terlibat dalam pemikiran, ingatan, persepsi, dan perilaku, karena perkembangan korteks yang tepat selama awal kehidupan mengarah pada fungsi otak yang sehat setelah lahir.

Temuan yang dipublikasikan pada Cell Genomics ini mengungkapkan bahwa metilasi DNA berubah secara dramatis sebelum lahir, mencerminkan aktivasi jalur biologis utama yang dibutuhkan untuk membangun korteks

Gen yang terkait dengan autisme serta skizofrenia, ditemukan mengalami perubahan metilasi DNA yang sangat dinamis selama perkembangan otak. Hal ini menunjukkan bahwa gen memainkan peran penting selama perkembangan korteks otak, dan gangguan pada proses ini dapat berkontribusi pada kondisi-kondisi ini.

"Dengan menganalisis bagaimana perubahan kimiawi pada DNA membentuk otak sepanjang rentang hidup manusia, kami telah menemukan petunjuk penting tentang mengapa kondisi perkembangan saraf seperti autisme dan skizofrenia dapat berkembang," jelas penulis utama studi, Alice Franklin.

"Temuan kami menyoroti bahwa akarnya mungkin terletak sangat awal dalam perkembangan otak," tambahnya.

Profesor Jonathan Mill di Exeter University, yang memimpin penelitian ini menambahkan bahwa studi ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang proses biologis, yang memandu perkembangan otak dan bagaimana perbedaannya di antara berbagai jenis sel.

"Dalam jangka panjang, ini dapat membantu kita lebih dekat untuk memahami mekanisme yang mendasari kondisi perkembangan saraf," tutur Mill.

Bukti sebelumnya menunjukkan bahwa autisme mungkin bersifat genetik, meskipun para ilmuwan telah berupaya mengidentifikasi gen mana yang mungkin terlibat selama beberapa tahun.

Menurut National Autistic Society, autisme kemungkinan besar disebabkan oleh beberapa gen, bukan hanya satu.

"Tidak ada hubungan antara autisme dan vaksin. Banyak penelitian telah dilakukan untuk masalah ini selama bertahun-tahun dan hasilnya secara komprehensif menunjukkan tidak adanya hubungan," pungkas lembaga amal Inggris tersebut.

























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Pakar Ungkap Tak Ada Kaitan Antara Autisme dan Konsumsi Parasetamol"