Hagia Sophia

07 June 2024

Ini Bahayanya Konsumsi Mikro Plastik

Ilustrasi. (Foto: iStock)

Mikroplastik, partikel plastik kecil berukuran kurang dari 5 milimeter, telah menyusup ke lautan, tanah, dan bahkan udara yang kita hirup. Dengan kehadirannya di mana-mana, mikroplastik telah menjadi masalah yang semakin memprihatinkan terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

Studi baru menemukan bahwa masyarakat Indonesia mengonsumsi sekitar 15 gram mikroplastik per bulan, lebih banyak dibandingkan negara lain dan sebagian besar partikel plastik berasal dari sumber air seperti makanan laut. Jumlah tersebut merupakan peningkatan konsumsi mikroplastik harian sebesar 59 kali lipat dari tahun 1990 hingga 2018.

Sebagai perbandingan, asupan mikroplastik dari makanan di AS diperkirakan sekitar 2,4 gram per bulan, sedangkan yang terendah adalah Paraguay sebesar 0,85 gram.

"Penyerapan mikroplastik di tingkat negara merupakan indikator penting dari polusi plastik dan risiko kesehatan masyarakat," kata Fengqi You, Profesor Roxanne E. dan Michael J. Zak di bidang Teknik Sistem Energi, yang menulis penelitian ini.

"Pemetaan global yang komprehensif mendukung upaya mitigasi polusi lokal melalui peningkatan pengendalian kualitas air dan daur ulang limbah yang efektif," sambungnya.

Studi yang dipublikasikan di Environmental Science & Technology pada 24 April 2024, dengan judul 'Microplastic Human Dietary Uptake from 1990 to 2018 Grew across 109 Major Developing and Industrialized Countries but Can Be Halved by Plastic Debris Removal' membandingkan jumlah konsumsi mikroplastik dari 109 negara di dunia.

Peneliti mengumpulkan data konsentrasi mikroplastik di subkategori kelompok makanan utama seperti buah-buahan, sayuran, protein, biji-bijian, produk susu, minuman, gula, garam, dan rempah-rempah. Model tersebut juga menggunakan data yang merinci berapa banyak makanan yang dikonsumsi di berbagai negara. Misalnya, konsumsi garam meja per kapita di Indonesia dan Amerika hampir sama, namun konsentrasi mikroplastik dalam garam meja di Indonesia 100 kali lebih tinggi.

Dampak buruk mikroplastik terhadap kesehatan telah diamati dalam banyak penelitian eksperimental, yang menunjukkan bahwa risiko berbagai penyakit terkait peradangan pada tubuh manusia semakin meningkat. Namun, hanya sedikit penelitian epidemiologi atau etiologi yang dilakukan untuk memeriksa terjadinya gejala atau penyakit yang disebabkan oleh paparan mikroplastik.

Dalam publikasi di PubMed Central berjudul Health Effects of Microplastic Exposures: Current Issues and Perspectives in South Korea, eksperimen in vitro dengan sel manusia dan data in vivo yang dihasilkan dengan tikus menunjukkan bahwa mikroplastik menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan terutama dengan menyebabkan peradangan, stres oksidatif [peningkatan produksi spesies oksigen reaktif (ROS)], gangguan metabolisme lipid, disbiosis mikrobiota usus, dan neurotoksisitas.

Selain itu, mikroplastik yang tertelan atau terhirup dapat terakumulasi di dalam tubuh dan memicu respons imun atau menyebabkan toksisitas partikel lokal. Paparan kronis mikroplastik juga dapat menyebabkan lebih banyak masalah melalui penumpukan di dalam tubuh.

Sayangnya hingga saat ini, belum ada bukti pasti yang dilaporkan mengenai tingkat paparan, karena terbatasnya jumlah penelitian mengenai dosis paparan mikroplastik.

Meski demikian dampak jangka panjang dari paparan mikroplastik tak bisa dikesampingkan. Penting bagi individu, organisasi, dan pemerintah untuk bekerja sama dalam mengelola sampah plastik, mengurangi penggunaan plastik, dan melakukan transisi menuju lingkungan yang lebih berkelanjutan dan berketahanan. Setiap orang mempunyai peran dalam mencari solusi untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh mikroplastik dan melindungi kesehatan kita dan planet ini.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Warga +62 'Juara' Konsumsi Mikroplastik, Bisa Seperti Ini Bahayanya"