Hagia Sophia

25 October 2024

Hasil Studi Menunjukan Anak SD Penderita Anemia Tidak Bisa Fokus Belajar

Ilustrasi anak SD (Foto: Getty Images/Riza Azhari)

Tak sedikit anak-anak di Indonesia yang berangkat sekolah tanpa sarapan. Masalah ini sering dianggap sepele, padahal tidak makan di pagi hari dapat mempengaruhi kemampuan otak. Terlebih pada working memory atau gangguan memori kerja yang sangat penting untuk proses belajar.

Hal ini terungkap dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh organisasi kajian nirlaba Fokus Kesehatan Indonesia (FKI). Penelitian tersebut meneliti 500 anak Sekolah Dasar (SD) di Jakarta, yakni di wilayah Manggarai dan Tanjung Priok.

Penelitian yang dipimpin langsung oleh Direktur Eksekutif FKI, Prof Nila F Moeloek dan
Koordinator Riset dan Kajian FKI Dr dr Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, menyimpulkan bahwa anak dengan kondisi kurang zat besi, kurang energi, dan perawakan pendek karena kurang gizi berisiko hingga tiga kali lipat lebih tinggi mengalami working memory dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki status gizi baik.

"Temuan ini merupakan peringatan keras terhadap masa depan kesehatan dan pendidikan di Indonesia. Karena working memory adalah indikator sangat penting untuk keberhasilan belajar anak di sekolah," ungkap mantan Menteri Kesehatan RI periode 2014-2019 ini saat ditemui di Jakarta Selatan, Selasa (22/10/2024).

"Working memory itu dibutuhkan agar anak bisa mengikuti instruksi guru, fokus pada tugas pelajaran, bahkan untuk menghafal dan menginterpretasikan informasi jangka pendek. Nah kalau skor working memory nya rendah maka proses dasar otak untuk belajar selama sekolah tidak akan berjalan dengan baik," lanjutnya.

Senada, dr Ray mengatakan penelitian FKI ini membuktikan bahwa fakta adanya kondisi kurang gizi dan anemia defisiensi besi pada anak SD bisa mengancam prestasi akademik murid sekolah dasar di kemudian hari.

"Dari evaluasi kami juga ditemukan bahwa murid sekolah dasar kelas 3 hingga 5 di Jakarta hampir 30 persen anak yang anemia mengalami gangguan memori kerja. Gangguan ini secara langsung berdampak pada kemampuan mereka untuk konsentrasi, memproses dan menyimpan informasi saat belajar," ungkap dr Ray.

Tak hanya itu, penelitian ini juga menemukan bahwa lebih dari 19 persen anak dalam studi ini juga terbukti mengalami anemia, yang sebagian besar disebabkan oleh kekurangan zat besi.

Prof Nila Moeloek menjelaskan anemia bukan hanya masalah kesehatan fisik, tetapi juga sangat mempengaruhi kemampuan kognitif anak.

Anak-anak dengan anemia memiliki skor memori kerja yang jauh lebih rendah, bahkan berdampak klinis yang sangat nyata. Anemia Kurang besi secara langsung membatasi kemampuan anak untuk menyerap informasi, berpikir logis, dan berpartisipasi aktif di kelas," ujarnya.

Adapun kurangnya asupan zat gizi makro adalah penyebab mayor dari masalah ini. 28 persen anak-anak memiliki asupan energi yang tidak mencukupi, dan lebih dari 63 persen anak kekurangan karbohidrat.

"Ini adalah fakta yang bisa dihubungkan secara medis bahwa anak-anak SD banyak yang tidak cukup makan, sehingga asupan gizi terutama gizi makro menjadi tidak cukup," tegasnya.

"Padahal asupan gizi makro ini penting sekali karena langsung dipakai tubuh dan otak sebagai energi untuk aktivitas, berpikir, bermain, dan belajar, jadi kalau memang makan tidak cukup makan energinya juga tidak tersedia untuk belajar dan bermain di sekolah," tegasnya," lanjutnya lagi.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Studi Ungkap Anak SD yang Anemia Tak Bisa Fokus Belajar di Sekolah"