Rumah-rumah tua yang hancur di ngarai, Afrika Utara, Constantine, Aljazair pada 9 Januari 2023 di Constantine, Aljazair. Foto: via Science News |
Selama ratusan tahun, para sejarawan dan arkeolog percaya bahwa Mesopotamia (hampir 3800 SM) adalah tempat lahirnya peradaban. Namun dalam beberapa tahun terakhir, kepercayaan ini mulai memudar dengan berbagai penemuan terbaru yang bisa mengubah sejarah.
Pada 1960-an, seorang topografi Rusia sedang memeriksa beberapa foto udara Ukraina ketika ia melihat beberapa bayangan yang tidak biasa muncul di tanah kota Kyiv. Karena penasaran, ia memperbesar foto-foto itu dan terperangah, karena lebih banyak lingkaran konsentris dari bayangan-bayangan ini muncul.
Pemeriksaan lebih lanjut mengungkapkan bahwa bayangan-bayangan itu berasal dari sisa-sisa arkeologi yang tidak diketahui yang terkubur di dalam tanah. Dikutip dari ScienceNews, ketika para arkeolog mempelajari sisa-sisa ini, mereka mengusulkan bahwa kota-kota pertama umat manusia dibangun di Ukraina, bukan di Mesopotamia (yang sekarang adalah Irak). Rahasianya tersembunyi di megasite Trypillia, kota terlupakan yang secara misterius menghilang.
Detail Palung Uruk, 3300-3000 SM. Ditemukan dalam koleksi British Museum. Foto: via Science News |
Sebelumnya, para ilmuwan meyakini bahwa kota-kota tertua di dunia seperti Uruk, Çatalhöyük, dan Jericho, terletak di Mesopotamia, atau Irak modern. Namun, penyelidikan terhadap budaya Neolitikum Cucuteni-Trypillia di Ukraina saat ini mengungkapkan bahwa beberapa kota tertua yang berasal dari sekitar 4000 SM terletak di sini.
Mengingat perencanaan cermat yang digambarkan oleh sisa-sisa pemukiman berusia 6.000 tahun ini, para arkeolog menyimpulkan bahwa orang-orang kuno ini pastilah perencana kota yang brilian.
Oldest City Ever Found: 6,000-Year-Old Ukrainian Megasite Shatters History
— History Content (@HistContent) September 15, 2024
Archaeologists have uncovered evidence that challenges the long-held belief that the first cities emerged in Mesopotamia. A site in Ukraine, dating back to 4000 BCE, may be the world’s oldest city. Aerial… pic.twitter.com/ndjioXT5LF
Selama penemuan awal, topografi Rusia Konstantin Shishkin telah menemukan bukti hampir 250 bayangan yang menjulang di area seluas 741 hektar. Namun saat itu, ia tidak memiliki teknologi canggih untuk melanjutkan penyelidikan. Baru pada 1971 bayangan-bayangan ini terungkap lagi. Pada 1971, beberapa ilmuwan Ukraina meneliti struktur arkeologi bawah tanah menggunakan teknologi geomagnetik yang memindai wilayah bawah tanah untuk mengidentifikasi struktur dengan melacak perbedaan medan magnet Bumi di berbagai titik.
Sawah terasering suku Inca yang hancur di Moray, Peru. Foto: via Science News |
Selanjutnya di 2011, arkeolog Johannes Müller dari Kiel University di Jerman kembali ke situs Trypillia sekali lagi, dan memeriksa secara menyeluruh struktur bawah tanah menggunakan geomagnetik dan teknologi pencitraan berkualitas tinggi. Struktur tersebut tersebar dalam lingkaran konsentris dan jalan-jalan diatur dalam pola seperti kisi-kisi. Pola-pola ini dipelajari di tiga kota kuno: Maidanezke, Taljanki, dan Nebelivka.
"Arsitekturnya mengingatkan pada Lego, itu adalah sistem modular. Kota-kota dengan kepadatan rendah ini disebut sebagai 'megasites'," kata Müller kepada publikasi Swiss Neue Zürcher Zeitung.
Teras konsentris di Moray, Lembah Suci, Peru. Foto: via Science News |
Beberapa rumah yang dihuni di kota-kota ini sengaja dibakar. Di Nebelivka, misalnya, orang-orang menggunakan kayu untuk melakukan pembakaran rumah secara seremonial.
"Membakar rumah dengan cara ini menciptakan tontonan yang dapat dilihat dari jarak beberapa kilometer," kata arkeolog John Chapman dari Durham University, Inggris.
Sisa-sisa kuburan dan rumah yang terbakar juga membuat para ilmuwan bertanya-tanya tentang praktik pemakaman dan ritual kematian seperti apa yang biasa dilakukan oleh orang-orang Trypillia kuno ini.
"Kuburan individu adalah sesuatu yang digunakan sekelompok orang yang mengubur untuk menunjukkan peran mereka kepada orang lain. Refleksi struktur sosial ini tidak ada di sini," kata Müller.
Namun, lanjutnya, jika tidak ada kuburan yang ditandai dengan cara yang ramah bagi para arkeolog untuk menemukannya, itu tidak berarti bahwa pemujaan terhadap orang mati tidak ada.
Kini, tantangan berikutnya bagi para arkeolog adalah menggali informasi tentang bagaimana kota-kota Trypillia ini terbentuk dan bagaimana kota-kota itu menghilang secara misterius.
Studi mereka belum selesai, dan mereka akan meneliti lebih banyak detail tentang peradaban kuno yang tampaknya telah meruntuhkan gelar Mesopotamia yang telah ada selama berabad-abad sebagai kota tertua.
Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "Arkeolog Temukan Kota Hilang yang 'Lenyap' Secara Misterius"