![]() |
Nyamuk penyebab chikungunya. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Julio Bonfante) |
Amerika Serikat mengeluarkan peringatan bagi warganya yang akan bepergian ke China, menyusul merebaknya virus chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menetapkan peringatan perjalanan level 2, mengimbau masyarakat untuk "melakukan tindakan pencegahan ekstra."
Peringatan yang dikeluarkan pekan lalu ini menyebutkan bahwa wabah chikungunya terkonsentrasi di Provinsi Guangdong, dengan sebagian besar kasus dilaporkan di kota Foshan. Dalam beberapa pekan terakhir, wilayah dekat Hong Kong tersebut telah mencatat lebih dari 7.000 kasus.
Virus chikungunya, yang pertama kali diidentifikasi di Afrika pada awal 1950-an, menyebabkan penyakit dengan nama yang sama. Gejalanya meliputi nyeri sendi yang parah, demam, dan kelelahan, yang biasanya muncul tiga hingga tujuh hari setelah digigit nyamuk yang terinfeksi.
"Kebanyakan orang sembuh dalam waktu seminggu; namun, beberapa orang bisa mengalami nyeri sendi parah selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun setelah sakit akut," jelas CDC, seraya menambahkan bahwa kasus kematian akibat virus ini tergolong jarang.
Kelompok yang paling berisiko mengalami sakit parah adalah bayi baru lahir yang terinfeksi menjelang kelahiran, orang dewasa berusia 65 tahun ke atas, dan orang dengan kondisi medis seperti penyakit jantung dan diabetes. Wanita hamil juga sangat disarankan untuk mempertimbangkan kembali rencana perjalanan ke area yang terdampak, karena virus dapat ditularkan ke janin sebelum lahir.
Meskipun CDC mencatat belum ada pengobatan spesifik untuk virus ini, vaksin tersedia dan direkomendasikan bagi orang yang berencana mengunjungi area dengan wabah chikungunya. Hal ini menjadi langkah proaktif yang penting untuk melindungi diri saat bepergian.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "AS Keluarkan Peringatan Perjalanan Level 2 Terkait Wabah Chikungunya di China"