Hagia Sophia

09 August 2025

Ciri Orang Panjang Umur Juga Bisa Terungkap dari Darah

Foto ilustrasi: Shutterstock

Para centenarian, orang yang berusia 100 tahun ke atas, dulunya dianggap langka, namun kini semakin mudah ditemukan. Bahkan, mereka termasuk kelompok demografis dengan pertumbuhan tercepat di dunia, dengan jumlah yang meningkat hampir dua kali lipat setiap 10 tahun sejak 1970-an.

Pertanyaan tentang seberapa lama manusia bisa hidup, serta faktor apa saja yang menentukan umur panjang dan kesehatan, telah lama menjadi perhatian. Plato dan Aristoteles bahkan telah membahas proses penuaan lebih dari 2.300 tahun lalu.

Meski begitu, memahami rahasia di balik umur panjang yang luar biasa bukanlah hal mudah. Hal ini melibatkan pembongkaran interaksi kompleks antara predisposisi genetik dan faktor gaya hidup, serta bagaimana keduanya saling memengaruhi sepanjang hidup seseorang.

Sebuah studi baru yang dipublikasikan di Geo Science telah mengungkap beberapa biomarker umum, termasuk kadar kolesterol dan glukosa, pada orang yang hidup melewati usia 90 tahun.

Para nonagenarian (orang yang usianya antara 90-99 tahun) dan centenarian telah lama menjadi perhatian utama para ilmuwan. Sebab, menurut mereka pengetahuan itu dapat membantu memahami cara untuk hidup lebih lama, dan mungkin juga cara menua dengan kesehatan yang lebih baik.

Sejauh ini, studi tentang centenarian seringkali berskala kecil dan berfokus pada kelompok tertentu. Tetapi, dengan mengecualikan centenarian yang tinggal di panti jompo.

Kumpulan Data yang Didapatkan

Dikutip dari Science Alert, ini merupakan studi terbesar yang membandingkan profil biomarker yang diukur sepanjang hidup, antara orang-orang yang berumur panjang. Serta rekan-rekan mereka yang berumur lebih pendek hingga saat ini.

"Kami membandingkan profil biomarker orang-orang yang kemudian hidup lewat dari usia 100 tahun, dan rekan-rekan mereka yang berumur lebih pendek. Selain itu, kami juga menyelidiki hubungan antara profil tersebut dan peluang untuk menjadi seorang centenarian," jelas mereka.

"Penelitian kami mencakup data dari 44.000 warga Swedia yang menjalani penilaian kesehatan pada usia 64-99 tahun. Mereka merupakan sampel dari apa yang disebut kohort Amoris," sambungnya.

Selama penelitian, para peserta dipantau melalui data registrasi Swedia hingga 35 tahun. Dari jumlah tersebut, 1.224 orang atau 2,7 persen dapat hidup hingga usia 100 tahun. Sebagian besar, sekitar 85 persen, dari para centenarian tersebut adalah perempuan.

Sekitar 12 biomarker berbasis darah yang berkaitan dengan peradangan, metabolisme, fungsi hati dan ginjal, serta potensi malnutrisi dan anemia, juga diikutsertakan. Semua biomarker ini telah dikaitkan dengan penuaan atau mortalitas dalam penelitian sebelumnya.

Biomarker yang berkaitan dengan peradangan adalah asam urat, yakni produk limbah dalam tubuh yang disebabkan oleh pencernaan makanan tertentu.

"Kami juga mengamati penanda yang terkait dengan status dan fungsi metabolisme, termasuk kolesterol total dan glukosa. Selain itu, penanda yang terkait dengan fungsi hati, seperti alanine aminotransferase (Alat), aspartat aminotransferase (Asat), albumin, gamma-glutamil transferase (GGT), alkali fosfatase (Alp), dan laktat dehidrogenase (LD)," jelas para peneliti.

"Kami juga mengamati kreatinin, yang terkait dengan fungsi ginjal, serta zat besi dan kapasitas pengikatan zat besi total (TIBC), yang terkait dengan anemia. Terakhir, kami juga menyelidiki albumin, sebuah biomarker yang berkaitan dengan nutrisi."

Hasil Temuan

Dari penelitian tersebut, para peneliti menemukan secara keseluruhan mereka yang mencapai usia 100 tahun cenderung memiliki kadar glukosa, kreatinin, dan asam urat yang lebih rendah sejak usia 60-an tahun.

Meski nilai median atau nilai tengah tidak berbeda secara signifikan antara centenarian dan non-centenarian pada sebagian besar biomarker, centenarian jarang menunjukkan nilai yang sangat tinggi atau rendah.

"Misalnya, sangat sedikit centenarian yang memiliki kadar glukosa di atas 6,5 mmol/L di awal kehidupan, atau kadar kreatinin di atas 125 µmol/L. Untuk banyak biomarker, baik centenarian maupun non-centenarian memiliki nilai di luar rentang yang dianggap normal dalam pedoman klinis," tutur para ahli.

Menurut mereka, hal ini mungkin karena pedoman ini ditetapkan berdasarkan populasi yang lebih muda dan lebih sehat. Saat menelusuri biomarker mana yang terkait dengan kemungkinan mencapai usia 100 tahun, mereka menemukan bahwa semua kecuali dua (alat dan albumin) dari 12 biomarker menunjukkan hubungan dengan kemungkinan mencapai usia 100 tahun.

Hal ini didapatkan setelah memperhitungkan usia, jenis kelamin, dan beban penyakit. Orang-orang yang berada dalam kelompok terendah dari lima kelompok untuk kadar kolesterol total dan zat besi, memiliki peluang lebih rendah untuk mencapai usia 100 tahun dibandingkan dengan mereka yang memiliki kadar yang lebih tinggi.

"Sementara itu, orang dengan kadar glukosa, kreatinin, asam urat, dan penanda fungsi hati yang lebih tinggi juga menurunkan peluang untuk menjadi centenarian," beber peneliti.

"Secara absolut, perbedaannya cukup kecil untuk beberapa biomarker, sementara untuk yang lain perbedaannya agak lebih substansial," tambahnya.

Untuk kadar asam urat, misalnya, perbedaan absolutnya adalah 2,5 poin persentase. Ini berarti orang-orang dalam kelompok dengan kadar asam urat rendah memiliki peluang 4 persen untuk mencapai usia 100 tahun.

Sementara dalam kelompok dengan kadar asam urat tertinggi, hanya 1,5 persen yang mencapai usia 100 tahun.

Meskipun perbedaan yang mereka temukan secara keseluruhan agak kecil, hal itu menunjukkan adanya potensi hubungan antara kesehatan metabolisme, nutrisi, dan umur panjang yang luar biasa.

Namun, studi ini tidak memungkinkan kesimpulan apapun tentang faktor gaya hidup atau gen mana yang bertanggung jawab atas nilai-nilai biomarker tersebut.

Namun, masuk akal untuk berpikir bahwa faktor-faktor seperti nutrisi dan asupan alkohol berperan.

"Memantau ginjal dan kehidupan Anda, serta glukosa dan asam urat seiring bertambahnya usia, mungkin bukan ide yang buruk. Meski demikian, faktor kebetulan mungkin berperan pada suatu titik dalam mencapai usia yang luar biasa," kata para peneliti.

Namun, fakta bahwa perbedaan biomarker dapat diamati jauh sebelum kematian menunjukkan bahwa gen dan gaya hidup mungkin juga berperan.

























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Studi Ungkap Ciri-ciri Orang yang Panjang Umur, Bisa Terungkap dari Darah"