Hagia Sophia

14 August 2024

Menurut Survei, Remaja Filipina Merupakan yang Paling Kesepian di Asia Tenggara

Ilustrasi stres. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Kayoko Hayashi)

Survei kesehatan berbasis sekolah global menemukan peningkatan proporsi warga Filipina berusia 13 hingga 17 tahun yang merasa kesepian hampir sepanjang waktu. Sebanyak 19,4 persen pada 2015 dan meningkat menjadi 24,2 persen pada 2019.

Alasan utama di baliknya adalah efek jangka panjang pandemi COVID-19. Pandemi membuat jarak remaja muda dengan teman sebaya semakin jauh.

"Tidak dapat cukup ditekankan betapa pentingnya persahabatan sebaya, bagi orang Filipina," demikian jelas Direktur Pusat Kesehatan Mental Nasional (NCMH) Noel Reyes.

"Kami terkejut dengan isolasi, lockdown. Itu benar-benar (meningkatkan) angka kesepian," lanjut dia, dikutip dari Channel News Asia, Senin (12/8/2024).

Lockdown di Filipina termasuk yang terlama di dunia. Kelas tatap muka baru dibuka sepenuhnya pada November 2022, sementara keadaan darurat kesehatan masyarakat dicabut pada Juli tahun lalu.

"Kita masih memulihkan diri dari itu," kata Reyes.

Bahkan sebelum isolasi sosial akibat pandemi, ada rasa kurangnya koneksi dengan orang lain bagi banyak warga Filipina. Ini aspek kesepian yang disoroti oleh psikiater Dinah Nadera. Menurutnya, ada penelitian yang menghubungkan penggunaan media sosial berlebihan dengan meningkatnya kesepian.

"Beberapa orang akan bergantung pada (media sosial) tanpa terhubung secara sosial," katanya.

"Kamu mendapatkan kebahagiaan dari koneksi sosial yang singkat itu. Namun, dalam jangka panjang, seseorang tidak membangun hubungan dengan seseorang."

Bahkan satu dekade lalu, Filipina dikenal sebagai ibu kota media sosial dunia.

Negara ini kini memiliki 87 juta identitas pengguna media sosial, jumlah yang setara dengan 73 persen dari total populasi. Jumlah tersebut telah tumbuh sebesar 8 persen sejak awal tahun lalu, menurut laporan Digital 2024 dari Meltwater dan We Are Social.

Filipina berada di peringkat keempat berdasarkan waktu yang dihabiskan di media sosial, dengan rata-rata pengguna menghabiskan waktu tiga jam dan 34 menit, lebih lama dari rata-rata penggunaan harian di Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Seperti yang diakui mahasiswa Rafsanjani Ranin, pemuda berusia 21 tahun ini menghabiskan empat hingga enam jam sehari di platform seperti Facebook, Instagram, dan TikTok.

Pria yang mengaku ekstrovert ini mengatakan bahwa ia memiliki banyak teman dan bisa sangat mudah bergaul, beralih ke media sosial sebagai mekanisme penanggulangan setiap kali ia merasa kesepian. Namun, hal ini dapat berjalan dua arah.

"Ketika saya menyadari bahwa saya telah menggunakan media sosial cukup lama, dan masih belum ada yang menghubungi (dan mengajak) saya untuk nongkrong, ketika kamu terus-menerus melihat di beranda bahwa teman-teman sedang nongkrong, itu memperburuk perasaan," katanya.

Ia sering lupa waktu di media sosial. "Saya akan tidur, seharusnya untuk tidur, tetapi akhirnya malah menghabiskan waktu depan layar smartphone," katanya. Kadang-kadang ia akan berkata pada dirinya sendiri 10 menit lagi, tetapi faktanya tetap terjaga hingga fajar.

Satu fenomena sosial lain juga menjelaskan prevalensi kesepian pada remaja Filipina. Banyak orang tua mereka bekerja di luar negeri dan tidak hadir selama sebagian besar masa kecil mereka.

"Dalam beberapa kasus, meskipun orang tua tidak pergi ke luar negeri, mereka mungkin meninggalkan anak-anak mereka di provinsi untuk bekerja di kota dan kembali hanya sesekali untuk menemui mereka," kata psikolog klinis Violeta Bautista.

"Saya pernah bertemu beberapa anak muda yang berbicara tentang perasaan tidak didukung, tentang kerinduan akan hubungan, karena mereka tumbuh tanpa orang tua yang membimbing mereka, untuk mengurus kebutuhan sosial mereka," lanjutnya.

Dampak kesepian bisa sangat mengerikan. Terutama bagi kelompok muda.

"Ketika kesepian terjadi setiap hari, itu dapat mengganggu proses belajar, juga bekerja di kantor. Jika itu membuat kamu menjauh dari hubungan sosial sampai pada titik kau merasa tidak dapat merasakan kepuasan, maka itu bukan lagi kesepian manusia yang normal," kata Bautista.

"Itu mengarah pada gangguan depresi mayor," lanjutnya.

























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Gen Z Filipina Paling Kesepian di Asia Tenggara, Seserius Ini Dampaknya"