Hagia Sophia

15 July 2025

Beberapa Tanda Fisik Minyak Goreng yang Sudah Melebihi Batas Aman

Minyak goreng tidak disarankan dipakai berulang kali (Foto: Getty Images/iStockphoto/Banrakbua)

Tak sedikit orang menganggap minyak hasil penggorengan yang masih sisa sayang untuk dibuang. Akhirnya, minyak goreng digunakan berulang kali sampai warnanya menghitam atau bahkan habis diserap makanan yang digoreng.

Penting untuk mengetahui tanda minyak goreng sudah melebihi batas aman. Begini penjelasan lengkap dari dokter gizi.

Tanda Minyak Bekas Melebihi Batas Aman

Dokter spesialis spesialis gizi klinik dr Raissa E Djuanda, M.Gizi, SpGK menjelaskan ada beberapa tanda fisik pada minyak yang sudah melewati batas aman. Tanda yang paling nampak seperti warnanya yang berubah gelap dan menghasilkan bau tengik.

"Selain itu, tandanya menghasilkan asap berlebihan saat dipanaskan, lalu tekstur minyak menjadi lebih kental, lalu berbusa saat dipanaskan," kata dr Raissa ketika dihubungi detikcom.

"Selain itu, juga terdapat endapan atau sisa makanan hangus dan makanan juga menjadi cepat gosong," sambungnya.

Dampak Minyak Bekas pada Kesehatan

dr Raissa menjelaskan penggunaan minyak bekas secara berulang dapat memengaruhi kesehatan. Kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit, khususnya pada sistem kardiovaskular.

Menurutnya, ini disebabkan oleh kandungan lemak trans yang terbentuk ketika minyak dipakai berulang kali.

"Minyak jika dipakai berulang kali akan berubah jadi minyak trans. Lemak trans adalah jenis lemak jahat yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan masalah kesehatan lainnya," jelasnya.

Selain itu, berikut beberapa dampak yang bisa ditimbulkan dari penggunaan minyak goreng secara berulang:

1. Meningkatkan Kadar Asam Lemak
Peneliti dari Prodi Teknologi Laboratorium Medis Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Vella Rohmayani, menuturkan penggunaan minyak goreng sebaiknya hanya digunakan dua kali. Vella menuturkan penggunaan minyak secara berulang dapat meningkatkan kadar asam lemak dan berdampak pada kesehatan.

"Berdasarkan hasil penelitian, kadar asam lemak yang terkandung dalam minyak goreng yang sudah dipakai lebih dari dua kali melebihi ambang batas normal yaitu sebesar 0,30 persen," katanya dikutip dari laman resmi UM Surabaya.

2. Menurunkan Gizi Makanan
Ia menambahkan, penggunaan minyak goreng secara berulang juga memengaruhi nilai gizi makanan dan memicu oksidasi. Reaksi oksidasi yang terjadi pada minyak goreng membuat makanan berbau tengik, berwarna tak menarik, tidak enak, serta merusak beberapa vitamin dan asam lemak esensial yang terkandung dalam minyak.

"Selain itu, reaksi oksidasi juga memicu terbentuknya radikal bebas yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan sel dan jaringan tubuh ketika kita mengonsumsi makanan yang diolah menggunakan minyak goreng bekas," sambungnya.

3. Meningkatkan Kolesterol
Minyak yang dipakai berulang kali dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam makanan. Ini belum ditambah kandungan asam lemak trans pada minyak yang biasanya ditandai dengan warna yang menghitam.

"Semakin warnanya pekat dan menghitam, maka semakin tinggi kandungan asam lemak transnya. Lebih baik gunakan hanya satu kali, jangan berulang-ulang, apalagi sampai warnanya menghitam," tandas Vella.

Sebagai tambahan, tidak disarankan juga mencampurkan minyak goreng bekas dan baru. Dikutip dari Scientific India, minyak goreng bekas mengalami oksidasi dan polimerisasi dari pemanasan berulang. Proses tersebut menghasilkan senyawa-senyawa aldehida, peroksida, dan radikal bebas yang bebahaya.

Dalam sebuah studi pada tahun 2019, peneliti di Iran menemukan 66 persen restoran cepat saji mencampurkan minyak baru ke dalam minyak lama di penggorengan. Mereka menemukan sebagian besar minyak yang digunakan sudah sangat terdegradasi dengan nilai p-anisidin (p-AV) sebagai indikator oksidasi, sangat tinggi. Ini menunjukkan kerusakan minyak tetap akan mendominasi, meski sudah ditambah minyak baru.

"Semua sampel minyak bekas yang diuji menunjukkan tingkat kerusakan yang sangat tinggi berdasarkan nilai p-anisidin (p-AV) dan TPC (Total Polar Compounds). Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara parameter ketengikan minyak (rancidity), penambahan minyak baru (replenishment), penyaringan, dan frekuensi penyaringan," tulis peneliti.

























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Ini Tanda Minyak Goreng Bekas Sudah Melebihi Batas Aman Menurut Dokter"