![]() |
Kisah penyintas kanker payudara di Depok. (Foto: DetikHealth/Averus Al Kautsar) |
Cahyani Ati (67), wanita asal Depok, Jawa Barat, menceritakan pengalamannya sebagai penyintas kanker payudara. Ia pertama kali didiagnosis oleh dokter pada tahun 2008.
Semua berawal ketika Cahyani merasakan nyeri di area payudaranya. Rasa sakit yang cukup kuat membuatnya curiga dengan kondisi tubuhnya dan akhirnya memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter.
Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, hasilnya menunjukkan Cahyani mengidap kanker payudara stadium 2B.
"Saya dulu sudah sering baca mengenai gejala kanker," cerita Cahyani kepada detikcom, ketika ditemui di Jakarta Pusat, Jumat (17/10/2025).
"Dengar-dengar gejala kanker. Terus saya langsung ke klinik, lalu di-USG. Ternyata betul (kanker) cenderung ganas. Terus dokternya pesan harus segera ke dokter dan kita berpacu dengan waktu," sambungnya.
Namun, Cahyani mengaku saat itu dirinya sangat disibukkan oleh pekerjaan. Perawatan yang seharusnya segera dilakukan akhirnya tertunda, hingga massa di payudaranya yang awalnya berukuran 1 cm membesar menjadi 4,5 cm setelah delapan bulan.
Meski terlambat, beruntung Cahyani masih berada dalam periode emas, saat kondisi kanker payudaranya masih dapat ditangani. Sejak saat itu, ia mulai menjalani program perawatan sesuai anjuran dokter.
Meski harus menjalani perawatan, ia mengatakan saat itu akhirnya tetap bekerja. Menurutnya, tetap aktif merupakan salah satu caranya untuk tetap bertahan, dengan terus disiplin menjalani perawatan.
"Saya menjalani bedah, pengangkatan payudara. Terus kemoterapi enam kali, sama radiasi total 25 kali," cerita Cahyani.
"Tapi ketika saya menjalani terapi, saya masih produktif, saya masih bekerja. Kena kanker bukan berarti kita tidak produktif, kita tidak bisa berkarir. Saya sampai pensiun," sambungnya.
Setelah program perawatan tersebut selesai dilaksanakan, kondisi Cahyani terus membaik. Berdasarkan hasil kontrol rutin yang ia lakukan, kondisinya baik dan dinyatakan bersih.
Saat ini, Cahyani masih melakukan kontrol ke dokter setiap tahun untuk memastikan tidak ada sel kanker yang muncul lagi.
"Setelah perawatan terus kontrol rutin. Pertama, kontrol rutin dua minggu sekali, lalu jadi tiga minggu sekali, 1-2 bulan sekali. Akhirnya setelah 5 tahun, kontrol setahun sekali sampai sekarang," ujar Cahyani.
"Yang paling penting itu harus rajin kontrol. Paling tidak setahun sekali. Pokoknya harus patuh terhadap saran dokter," sambungnya.
Selama menjalani perawatan, Cahyani mengaku mengalami beberapa efek samping seperti mual, pusing, dan rasa tidak nyaman. Namun, itu semua bukan penghalang baginya untuk bisa hidup lebih baik lagi.
Ia mengingatkan pentingnya menjaga semangat, rasa ikhlas, dan juga dukungan orang sekitar selama proses perawatan kanker.
"Kita harus semangat dan harus ikhlas, itu kuncinya. Bagi saya yang penting itu komunitas, kita bergabung dalam komunitas kanker, kita bertemu teman-teman," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Cerita Wanita Depok yang Pernah Kena Kanker Payudara, Ini Gejala Awal yang Dirasakan"