Hagia Sophia

20 October 2025

Pesan Dokter Bagi yang Ingin Ikut Marathon di Jakarta

Cuaca terik akan berlangsung sampai akhir Oktober. Foto: ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddi

Gelaran Jakarta Running Festival (JRF) 2025 pekan depan, 25-26 Oktober 2025, diprediksi akan berlangsung di bawah cuaca terik. Medical director event tersebut, dr Andi Kurniawan, SpKO sampai harus memberikan pesan khusus untuk keselamatan para pelari.

"Dalam kondisi panas, jangan paksakan mengejar Personal Best (PB) - utamakan keselamatan. Dengarkan tubuh Anda dan sesuaikan ritme lari dengan kondisi cuaca," pesan dr Andi dalam email resmi yang dikirim ke para peserta JRF 2025 baru-baru ini.

Imbauan tersebut banyak dibagikan di media sosial dan menjadi concern tersendiri mengingat tahun lalu event serupa juga dibayangi cuaca panas. Selain harus memastikan kondisi tubuh benar-benar fit, para peserta tampaknya harus berpikir realistis dan menyesuaikan target agar tidak terlalu ambisius.

Cuaca di Indonesia, khususnya di Jakarta, memang terasa terik belakangan ini. Kondisi ini diperkirakan akan berlangsung sampai akhir Oktober hingga awal November ketika masuk musim hujan.

Menurut dr Andi, cuaca panas ekstrem berisiko memicu heatstroke pada pelari. Heatstroke itu terjadi peningkatan suhu tubuh melebihi dari 39,5 atau 40 derajat celsius.

Berikut beberapa saran dr Andi bagi yang ingin berpartisipasi dalam event marathon di tengah cuaca panas.

1. Pastikan Tubuh Dalam Kondisi Fit
"Jadi memang kita harus mewaspadai cuaca panas ini. Untuk menghindari heat stroke, pertama kita memastikan teman-teman pelari itu fit dan sehat saat race," terang dr Andi dalam temu media daring, Rabu (15/10/2025).

Menurut dr Andi, hal itu dapat mempengaruhi kerja termoregulasi. Itu merupakan proses biologi yang dilakukan tubuh untuk menjaga suhu inti tetap stabil, dengan menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas pada tubuh.

Tubuh mempunyai pusat pengaturan suhu yakni hipotalamus. dr Andi mengungkapkan saat tubuh sedang panas, tubuh menyesuaikan diri dengan menurunkan suhu tubuh dengan berkeringat.

"Jadi, kalau kita lagi nggak fit, itu pasti termoregulasi kita akan berkurang atau terganggu," katanya.

Maka dari itu, dr Andi menganjurkan untuk mendapatkan istirahat atau tidur yang baik. Ini berfungsi untuk mengembalikan fungsi metabolisme menjadi normal.

2. Pilih Clothing (Pakaian) dan Apparel yang Tepat
dr Andi menegaskan clothing dan apparel atau apa yang dipakai saat lari juga penting untuk diperhatikan. Pastikan menggunakan pakaian dengan warna yang cerah.

"Kita pastikan pakai warga yang cerah, karena kalau warna yang gelap itu pasti akan menyerap panas. Sementara warna cerah, itu memantulkan panas," tutur dr Andi.

3. Perhatikan Hidrasi
Hal penting lainnya yang harus diperhatikan untuk mencegah terjadinya heat stroke adalah hidrasi yang cukup. Pemenuhan elektrolit dan hidrasi yang cukup perlu dilakukan sebelum, saat, bahkan sesudah race.

"Kemudian pada saat benar-benar sebelum race hari itu juga, pada saat race, dan setelah race itu penting untuk menghindari terjadinya heat stroke," beber dr Andi.

4. Strategi Cooling
Strategi cooling atau pendinginan juga bisa dilakukan sebelum maupun selama race. Misalnya dengan memakai handuk dingin, memakai vest dingin, atau mengoleskan menthol gel untuk menurunkan suhu tubuh atau yang disebut sebagai pre-cooling.

"Atau bisa juga mid-cooling. Jadi pada saat kita lari, mungkin air mineralnya ada yang diguyur. Ketika kita menurunkan suhu tubuh, itu akan terhindar dari heat stroke," pungkasnya.

























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Cuaca Terik Berlanjut, Ini Wanti-wanti Dokter Bagi yang Ingin Marathon di Jakarta"