Hagia Sophia

08 June 2024

Inikah yang Membuat Suhu Bumi Terus Meningkat?

Ilustrasi suhu panas (Foto: Reuters)

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyerukan untuk segera melakukan penanganan pemanasan global demi menghindari 'neraka iklim'. Hal ini menyusul setelah Badan Pemantauan Perubahan Iklim Uni Eropa (EU Climate) pada Rabu menyebut setiap 12 bulan terakhir, suhu panas bumi mencapai rekor tertinggi dalam sejarah dibandingkan tahun ke tahun.

Suhu rata-rata global selama periode 12 bulan hingga akhir Mei yakni 1,63 derajat Celcius, menjadikannya periode terpanas sejak pencatatan dimulai pada tahun 1940.

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) PBB bahkan mengatakan saat ini ada kemungkinan 80 persen, setidaknya satu dari lima tahun ke depan akan menandai tahun kalender pertama dengan suhu rata-rata yang untuk sementara melebihi 1,5 derajat Celcius di atas suhu sebelumnya. Tingkat industri, naik dari peluang 66 persen tahun lalu.

Apa pemicunya?

Emisi karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil menjadi penyebab utama perubahan iklim yang mencapai rekor tertinggi tahun lalu. Hal ini terjadi meski ada perjanjian global yang dirancang untuk mengekang pelepasan bahan bakar fosil dan perluasan pesat energi terbarukan.

Batubara, minyak, dan gas masih menyediakan lebih dari tiga perempat energi dunia, dengan permintaan minyak global yang tetap kuat.

Data iklim terbaru menunjukkan bahwa dunia masih jauh dari tujuannya untuk membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celcius, yang merupakan target utama Perjanjian Paris tahun 2015, kata Wakil Sekretaris Jenderal WMO Ko Barrett.

"Kita harus segera berbuat lebih banyak untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, atau kita akan menanggung akibat yang semakin besar dalam bentuk biaya ekonomi triliunan dolar, jutaan nyawa yang terkena dampak cuaca ekstrem, dan kerusakan besar terhadap lingkungan dan keanekaragaman hayati," katanya Barrett dikutip CNA.

Meskipun tahun lalu tercatat sebagai tahun kalender terpanas yang pernah tercatat, yaitu 1,45 derajat Celcius di atas suhu pra-industri, setidaknya satu dari lima tahun ke depan kemungkinan akan lebih hangat daripada tahun 2023.

Para ilmuwan di Copernicus bahkan membeberkan sejumlah dampak imbas tingginya suhu panas bumi, salah satunya seperti hilangnya es laut Antartika dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini terjadi berbarengan dengan data iklim secara keseluruhan sejalan dengan proyeksi bagaimana peningkatan emisi gas rumah kaca akan memanaskan planet ini.

"Kami belum pernah melihat hal seperti ini dalam beberapa ribu tahun terakhir," kata Direktur Copernicus Carlo Buontempo.

"Penyebab kekacauan iklim, industri bahan bakar fosil, meraup keuntungan besar dan menikmati triliunan subsidi yang didanai pembayar pajak," kata Guterres.

Guterres juga mendesak setiap negara untuk melarang iklan dari perusahaan bahan bakar fosil.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "PBB Singgung 'Neraka Iklim', Ini Biang Kerok Suhu Bumi Terus Meningkat"