Hagia Sophia

29 August 2024

Hujan Meteor Pertama Buatan Manusia Diperkirakan Akan Muncul

NASA Mungkin Ciptakan Hujan Meteor Pertama yang Disebabkan Manusia. Foto: NASA

Misi DART NASA adalah teknologi masa depan yang sedang diwujudkan saat ini. Dalam perkembangannya, misi ini mungkin secara tak sengaja menciptakan hujan meteor pertama yang disebabkan oleh manusia.

Pada tahun 2022, misi DART menunjukkan bahwa manusia dapat mendorong dan mengubah jalur asteroid yang berpotensi berbahaya ke orbit yang berbeda dari Bumi.

Misi tersebut melakukannya dengan menabrakkan pesawat antariksa ke Dimorphos, bulan asteroid Didymos, kemudian berhasil mengubah orbit. Ini adalah pertama kalinya manusia menggerakkan benda angkasa.

Namun, mungkin saja ada hal lain yang dapat dilakukan. Mungkin saja akan tercipta hujan meteor akibat aktivitas ini di masa mendatang.

Untuk diketahui, DART adalah penumbuk kinetik berupa wahana antariksa seukuran mobil yang meluncur dengan kecepatan penuh menghantam asteroid dengan lebar sekitar 150 meter. Tumbukan tersebut melepaskan bongkahan batu besar dan gumpalan puing jauh melampaui pasangan asteroid tersebut.

DART ditemani oleh CubeSat kecil dari badan antariksa Italia yang disebut LICIACube, yang mengamati tabrakan tersebut. Simulasi baru gumpalan puing berdasarkan pengamatan telah mengungkapkan bahwa Mars dan Bumi mungkin sama-sama terpapar serpihan Dimorphos.

"Salah satu hasil paling menarik dari simulasi kami adalah penemuan lintasan peluncuran akibat dampak DART dari Dimorphos yang sesuai dengan pengiriman menuju Mars," kata penulis utama penelitian Dr Eloy PeñaAsensio dari Politecnico di Milano, dikutip dari IFLScience.

"Artinya, berdasarkan pengamatan awal LICIACube, satelit kecil yang terbang dengan DART untuk terpisah tepat sebelum tabrakan dan mengamati kerucut ejekta, beberapa partikel (< 500 m/s) dapat mencapai Mars dalam waktu sekitar 13 tahun," ujarnya.

"Penemuan ini menunjukkan bahwa misi pengamatan Mars di masa depan mungkin memiliki peluang nyata untuk mendeteksi meteor di Mars yang dihasilkan oleh dampak DART," imbuhnya.

Dalam penelitian ini, tim menggunakan fasilitas komputasi super dengan mensimulasikan 3 juta partikel dengan berbagai ukuran dan pada berbagai kecepatan dan arah. Partikel yang bergerak pada kecepatan 500 meter per detik akan mencapai Mars dalam waktu lebih dari satu dekade. Tetapi beberapa bongkahan kecil Dimorphos mungkin akan mencapai Bumi hanya dalam tujuh tahun, dan bergerak 3,5 kali lebih cepat.

"Simulasi kami mengungkap bahwa partikel yang bergerak lebih cepat berpotensi mencapai Bumi dalam 7 tahun bagi partikel dengan kecepatan 1,8 km/s. Namun, pengamatan dampak dengan teleskop telah menentukan bahwa partikel dengan kecepatan seperti itu tidak akan cukup besar untuk menghasilkan meteor yang dapat diamati," kata Dr Peña Asensio.

Baru Akan Terlihat Tahun 2055

Hasil simulasi tidak menghalangi kedatangan partikel yang lebih lambat dari Dimorphos ke Bumi, namun, mereka hanya akan membutuhkan waktu lebih lama untuk memasuki orbit planet kita dan membentuk hujan meteor. Meski demikian, tim tersebut berharap Dimorphid yang baru dijuluki itu mudah dikenali.

"Bagaimanapun, apakah dampak DART telah meluncurkan partikel Dimorphos pada kecepatan yang cukup tinggi untuk mencapai Bumi akan ditentukan dalam beberapa dekade mendatang melalui kampanye pengamatan meteor. Jika itu benar-benar terjadi, kita mungkin akan menyaksikan hujan meteor buatan manusia pertama," kata Dr Peña-Asensio.

"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa meteor-meteor ini, yang disebut Dimorphids, akan relatif mudah diidentifikasi berkat prediksi yang kami berikan dalam penelitian kami. Misalnya, meteor-meteor ini akan muncul terutama pada bulan Mei, merupakan meteor yang bergerak lambat, dan sebagian besar dapat diamati dari Belahan Bumi Selatan," ujarnya.

Hal ini baru bisa dibuktikan jika kita berumur panjang, berada di suatu tempat di selatan khatulistiwa dengan langit gelap yang bagus di bulan Mei 2055.

Meskipun butuh waktu untuk mengonfirmasi penelitian ini dengan mengamati meteor dari Dimorphos, hal ini juga menunjukkan pentingnya CubeSat dalam eksplorasi ruang angkasa. Kita tidak akan tahu tentang ini tanpa LICIACubeBah. kan setelah dua tahun, para peneliti masih berupaya memahami seluruh kumpulan data.

"Perkiraan yang tepat mengenai ukuran dan distribusi kecepatan semburan di dekat Dimorphos, seperti yang diamati dalam gambar LICIACube, masih menjadi pertanyaan terbuka. Pemantauan jangka panjang terhadap ekor dapat memberikan wawasan mengenai distribusi ukuran yang meluas hingga puluhan cm, sementara simulasi dampak membantu menyempurnakan profil kecepatan awal material yang terlontar," kata anggota tim LICIACube Dr. Stavro Ivanovski dari INAF-Trieste dan seorang profesor tambahan di University of Trieste.

"Analisis berkelanjutan oleh tim LICIACube memainkan peran penting dalam meningkatkan pemahaman kita tentang dinamika ejecta, gumpalan debu, dan merekonstruksi gumpalan tersebut," sebutnya.

Penelitian terkini telah memberikan pemahaman yang lebih baik tentang gumpalan puing, dalam hal struktur dan kecepatan puing. Kompleksitas pemodelan peristiwa semacam itu tidak dapat diremehkan, tetapi tim LICIACube terus menghadapi tantangan tersebut.

Saat ini, ada banyak hal yang sedang dikerjakan oleh mereka yang akan memberikan wawasan tentang apa yang terjadi pada Dimorphos. Tindak lanjut akan diberikan oleh misi Hera milik badan antariksa Eropa yang akan diluncurkan pada Oktober dan akan sampai di Didymos pada tahun 2026.


























Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "NASA Mungkin Ciptakan Hujan Meteor Pertama yang Disebabkan Manusia"