![]() |
Ilustrasi (Foto: Getty Images/Arx0nt) |
Matcha merupakan salah satu minuman yang banyak disukai orang. Ini populer karena kandungan antioksidannya yang tinggi, sifat penambah energi alaminya, dan mendukung metabolisme.
Namun, ternyata tidak semua orang bisa mengonsumsi matcha ini. Ahli gizi Do Thi Lan dari Departemen Nutrisi di Rumah Sakit Umum Tam Anh di Hanoi, Vietnam, mencatat bahwa beberapa orang harus berhati-hati sebelum mengonsumsi matcha.
1. Orang dengan Penyakit Jantung
Matcha mengandung kadar kafein yang tinggi, yang bisa melebihi jumlah yang terkandung dalam secangkir kopi. Bagi orang dengan kondisi jantung, seperti tekanan darah tinggi, aritmia, atau penyakit arteri koroner, kafein dapat memicu peningkatan detak jantung, palpitasi, atau lonjakan tekanan darah secara tiba-tiba.
Orang dengan kondisi ini sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan saran tentang alternatif bebas kafein, seperti teh herbal.
2. Orang dengan Gangguan Kecemasan dan Insomnia
Kafein yang ada di dalam matcha merangsang sistem saraf pusat. Orang dengan insomnia kronis atau gangguan kecemasan mungkin mendapati matcha memperparah gejala mereka.
Bagi mereka yang sensitif terhadap kafein, sebaiknya hindari minum matcha di malam hari atau tidak memasukkannya dalam pola makan.
3. Orang dengan Mengonsumsi Pengencer Darah
Seperti teh hijau lainnya, matcha kaya akan vitamin K, yang dapat mengganggu efektivitas obat pengencer darah, seperti warfarin. Peningkatan asupan vitamin K secara tiba-tiba dapat mengurangi efektivitas obat-obatan ini, meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah, dan berpotensi menyebabkan komplikasi serius, seperti stroke atau serangan jantung.
Pasien yang mengonsumsi pengencer darah harus menjaga asupan vitamin K yang konsisten dan berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi matcha.
4. Wanita Hamil dan Menyusui
Asupan kafein yang berlebihan selama kehamilan dapat meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, atau berat badan lahir rendah. Wanita hamil harus membatasi konsumsi kafein mereka hingga di bawah 300 mg per hari, dengan satu cangkir matcha mengandung antara 60-80 mg kafein, tergantung cara penyajiannya.
Matcha juga mengandung katekin, yang dapat mengurangi penyerapan asam folat, nutrisi penting selama kehamilan. Wanita hamil dan menyusui sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi matcha secara teratur, terutama jika sedang mengonsumsi suplemen asam folat atau zat besi.
5. Orang dengan Gangguan Pencernaan dan Tukak Lambung
Seperti kopi, kafein dalam matcha merangsang produksi asam lambung, yang dapat menyebabkan mual, refluks asam, atau bahkan sakit perut. Orang dengan kondisi seperti gastritis, sindrom iritasi usus besar atau penyakit refluks gastroesofageal harus berhati-hati saat mengonsumsi matcha.
Selain itu, tanin dalam matcha dapat mengganggu penyerapan zat besi non-heme dari makanan nabati. Kondisi ini dapat menyebabkan anemia jika dikonsumsi secara berlebihan tanpa pengaturan pola makan yang tepat.
Ahli gizi Lan menyarankan untuk tidak mengonsumsi matcha saat perut kosong, karena dapat mengiritasi lapisan lambung.
6. Anak-anak
Matcha juga tidak dianjurkan untuk anak-anak kecil, karena sistem saraf mereka masih berkembang. Anak-anak lebih mungkin terstimulasi secara berlebihan oleh kafein, yang dapat menyebabkan insomnia, mudah tersinggung, dan kesulitan berkonsentrasi.
Menurut Akademi Pediatri Amerika, anak-anak di atas usia 12 tahun sebaiknya membatasi konsumsi kafein tidak lebih dari 85-100 mg per hari. Anak-anak di bawah usia 12 tahun sebaiknya menghindari kafein, termasuk matcha.
Untuk anak-anak yang lebih besar, asupan kafein sebaiknya dibatasi di bawah 100 mg per hari. Ini tergantung pada kondisi kesehatan dan kebutuhan energi mereka.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "6 Kelompok Orang yang Disarankan Batasi Matcha Demi Kesehatan"