![]() |
Ilustrasi virus. (Foto: Getty Images/iStockphoto/ktsimage) |
Sebuah strain virus baru dilaporkan menyebar cepat di kalangan warga Palestina yang mengungsi di Jalur Gaza, dengan anak-anak menjadi kelompok paling terdampak.
Dikutip dari The Palestine Chronicle, gejalanya mirip dengan yang muncul saat pandemi COVID-19, namun penyakit ini terbukti lebih mematikan. Kondisi malnutrisi, kelaparan, serta blokade yang terus berlangsung membuat daya tahan tubuh warga sangat lemah.
Pejabat kesehatan Gaza melaporkan infeksi terus meningkat setiap hari, membuat rumah sakit kewalahan. Fasilitas medis sudah sejak lama tidak mampu menangani lonjakan pasien karena kekurangan obat-obatan, bahan bakar, dan peralatan.
Munir al-Bursh, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa virus ini paling banyak menyerang kelompok rentan, terutama anak-anak.
Rumah sakit kini dipenuhi pasien dengan gejala mirip flu parah. Menurutnya, malnutrisi serta ketiadaan nutrisi dasar seperti buah-buahan dan vitamin C membuat sistem kekebalan tubuh anak-anak tidak mampu melawan infeksi, yang berujung pada meningkatnya angka kematian.
Tidak adanya laboratorium dan alat diagnostik semakin memperparah krisis, sehingga penyakit musiman yang biasanya ringan berubah menjadi ancaman mematikan, terutama di tempat penampungan pengungsi yang padat di seluruh Jalur Gaza.
Rumah Sakit Kolaps
Ismail al-Thawabta, Kepala Kantor Media Pemerintah Gaza, mengatakan ribuan kasus telah tercatat pada anak-anak, lansia, serta pasien dengan penyakit kronis, dengan jumlah yang terus meningkat secara mengkhawatirkan setiap harinya.
Ia menambahkan, sedikit rumah sakit yang masih bertahan setelah berulang kali dibombardir Israel kini beroperasi dalam kondisi yang sangat buruk. Fasilitas kesehatan tersebut menghadapi kekurangan tenaga medis dan pasokan, sehingga hanya mampu memberikan perawatan terbatas dan sering kali bersifat darurat atau seadanya.
Obat-obatan efektif untuk strain virus baru ini hampir sepenuhnya tidak tersedia, sementara jumlah yang ada jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Al-Thawabta menegaskan bahwa blokade Israel yang terus berlangsung telah menghalangi masuknya puluhan jenis obat penting, melanggar Pasal 56 Konvensi Jenewa IV, dan semakin memperparah bencana kesehatan di Gaza.
Sejak Oktober 2023, Israel terus melancarkan serangan ke Gaza dengan menyasar rumah sakit dan infrastruktur kesehatan, sekaligus memperketat blokade yang mencekik hingga membuat sistem kesehatan di wilayah itu nyaris kolaps total.
Sementara itu, kondisi kelaparan yang secara resmi dinyatakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) semakin memperburuk malnutrisi di seluruh Jalur Gaza. Jutaan warga Palestina kini kehilangan akses terhadap kebutuhan dasar, sementara krisis kesehatan yang belum pernah terjadi sebelumnya mengancam nyawa anak-anak, lansia, dan orang sakit.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Gaza Hadapi Wabah Virus Mematikan, Gejalanya Disebut Mirip COVID-19"