Hagia Sophia

01 August 2024

Setengah Kota di Jepang Diperkirakan Akan Hilang pada Abad Mendatang

Resesi seks yang melanda Jepang mengkhawatirkan. Untuk memahami apa sebabnya, Badan Anak dan Keluarga pun membuka dialog dengan masyarakat. Foto: Getty Images/iStockphoto/bee32

Resesi seks yang melanda Jepang mengkhawatirkan. Untuk memahami apa sebabnya, Badan Anak dan Keluarga pun membuka dialog dengan masyarakat Jepang.

Seperti ditulis Next Shark, badan tersebut meluncurkan konsultasi dengan orang dewasa muda untuk memahami pandangan mereka tentang pernikahan dalam upaya mengatasi penurunan angka kelahiran di negara tersebut. Selain itu, pada pertemuan pertama, topik difokuskan ke cara-cara untuk mendukung kaum muda dalam mencari pasangan, mengeksplorasi pilihan kencan dan perjodohan.

Menteri Negara untuk Kebijakan Anak Ayuko Kato menekankan pentingnya menghormati berbagai nilai dan pilihan individu dalam hal pernikahan dan pengasuhan anak.

"Kami akan berterima kasih jika kami dapat mendengar suara Anda yang sebenarnya - apa yang Anda pikirkan, apa yang menghalangi Anda mewujudkan keinginan Anda," kata Kato kepada para partisipan.

Sebuah studi di tahun 2023 menemukan bahwa sebagian besar orang Jepang lajang, khususnya yang berusia 25 hingga 34 tahun, menghadapi tantangan dalam bertemu calon pasangan. Alasan terbanyak dikarenakan kurangnya kesempatan dan ketidakaktifan dalam mencari hubungan.

Adapun faktor-faktor yang berkontribusi terhadap ogahnya orang dewasa Jepang menikah pun cukup beragam. Perhatian paling utama adalah kekhawatiran atas tingginya biaya hidup di daerah perkotaan, terbatasnya kesempatan kerja, dan budaya kerja yang mempersulit mempertahankan karier setelah melahirkan.

Pemerintah Jepang tentunya tidak tinggal diam. Sebelumnya telah diluncurkan sejumlah program untuk mendorong pernikahan di kalangan anak muda termasuk memperkenalkan perjodohan dengan bantuan AI dan menyediakan dukungan pengasuhan anak.

Penurunan angka pernikahan anak muda di Jepang berdampak pada menurunnya prediksi populasi di masa mendatang. Profesor Tomoya Mori dari Universitas Kyoto telah melakukan simulasi bagaimana situasi kota-kota di Jepang pada tahun 2120 dan hasilnya mengkhawatirkan. 

Dalam skenario terburuk saat angka kesuburan berada di tingkat terendah, jumlah kota yang tersedia hanya 42 untuk kota dengan 100.000 penduduk dan enam untuk kota dengan 500.000 penduduk. Singkatnya setengah kota di Jepang akan menghadapi 'eradikasi' pada abad mendatang.


























Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "Seabad Lagi Setengah Warga Kota Jepang Diprediksi Hilang, Pemerintah Bingung"