![]() |
Ilustrasi. (Foto: Getty Images/iStockphoto/ViewApart) |
Penelitian mengungkapkan keseringan menonton video pendek bisa berbahaya untuk kesehatan otak. Bahkan, kecanduan dinilai video pendek sama berbahayanya dibanding konsumsi alkohol atau bahkan lebih parah.
Penulis studi dari Tianjin Normal University China, sekaligus profesor psikologi bernama Qiang Wang mengatakan menonton video pendek dapat mengubah jaringan otak yang beradaptasi dengan kepuasan instan dan rangsangan baru terus-menerus. Menurut Wang, ini dapat mendorong pengambilan keputusan yang lebih impulsif.
"Kecanduan video pendek adalah ancaman kesehatan masyarakat global, dengan pengguna di China menghabiskan rata-rata 151 menit per hari, dan 95,5 persen pengguna internet terlibat. Konsumsi intensitas tinggi dengan 'hadiah instan' ini tidak hanya mengganggu perhatian, tidur, dan kesehatan mental tetapi juga meningkatkan risiko depresi," kata Wang dikutip dari Indian Express, Rabu (20/8/2025).
Penelitian lain juga menunjukkan bagaimana video pendek dapat berdampak negatif pada rentang perhatian, keterampilan kognitif, dan bahkan memori jangka pendek.
Dr Praveen Gupta dari Marengo Asia Hospital menuturkan video pendek cenderung cepat dan padat, sehingga otak kewalahan dalam memprosesnya. Video pendek memberi pengalaman dopamin yang tinggi dengan sedikit usaha. Ini memicu stimulasi berlebihan pada jalur penghargaan otak, sirkuit yang juga terlibat dalam zat adiktif.
"Seiring waktu, ini bisa mengurangi penghargaan alami terhadap rangsangan indera dan meningkatkan perilaku impulsif," jelas Gupta.
Penggunaan video pendek secara terus-menerus dikaitkan dengan penurunan kapasitas perhatian. Karena video pendek selalu menyajikan kebaruan, pengguna berpindah dari satu momen ke momen lain demi mencari hal baru, alih-alih berpikir mendalam secara fokus.
Terjadi pergantian konteks yang sering, yang bisa mengganggu korteks prefrontal, bagian otak yang mengatur pikiran, perilaku, dan emosi berdasarkan informasi yang diterima. Aktivitas scrolling ini bisa melemahkan kemampuannya menyimpan dan mengolah informasi akibat pergantian konstan.
Studi MRI menunjukkan peningkatan penggunaan layar pada remaja berkorelasi dengan menipisnya korteks. Karena korteks prefrontal masih berkembang hingga pertengahan usia 20-an, video pendek bisa mengganggu kemampuan menilai dan mengatur informasi.
Semakin sering memberi otak dengan semburan konten singkat yang tak terduga, maka semakin kurang puas otak dengan aktivitas yang lebih lambat dan penuh konsentrasi. Membaca artikel panjang, mengerjakan proyek, atau bahkan duduk dengan tenang mulai terasa tidak nyaman atau membosankan.
Neurosaintis mencatat perubahan ini memiliki kemiripan dengan gangguan kognitif yang terlihat pada penggunaan alkohol. Dalam dua kondisi ini, kemampuan otak untuk mengatur perilaku dan mempertahankan fokus menjadi terganggu, sehingga tugas sehari-hari terasa lebih melelahkan secara mental daripada seharusnya.
"Transmisi sinaptik yang bergantung pada sistem neurotransmiter ini, merupakan dasar komunikasi antar-neuron, dan gangguannya telah dikaitkan dengan berbagai kondisi neuropsikiatri, termasuk kecanduan nikotin dan kecanduan alkohol," tulis studi.
Seiring waktu, 'dengung digital' yang konstan ini dapat mengubah cara kerja pikiran, menggesernya ke arah kepuasan instan dengan mengorbankan pemikiran mendalam dan berkesinambungan.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Ngeri, Ini yang Terjadi Pada Otak Kalau Keseringan Nonton Video Pendek"