Hagia Sophia

27 October 2025

Perempuan di Thailand Mulai Enggan Punya Anak, Fenomena Childfree?

Foto ilustrasi: Getty Images/kieferpix

Survei nasional yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Thailand mengungkapkan hanya 63 persen wanita yang ingin memiliki anak. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang angka kelahiran di masa mendatang.

Studi yang melibatkan 404 perempuan dengan usia rata-rata 34,2 tahun ini juga menemukan bahwa hanya 53 persen yang memiliki literasi kesehatan yang memadai terkait kehamilan, seperti nutrisi dan gaya hidup.

Direktur Jenderal Departemen Kesehatan Thailand Dr Amporn Benjaponpitak, mengatakan bahwa 67 persen responden telah menikah atau memiliki pasangan. Sementara 29 persen masih lajang.

Dari studi tersebut, ditemukan bahwa sepertiga dari responden lebih memilih untuk tidak memiliki anak.

"Angka-angka ini menunjukkan adanya pergeseran pola pikir dan prioritas di kalangan perempuan Thailand. Jika kita ingin mendukung pertumbuhan keluarga, pertama-tama kita harus mendukung para perempuan yang memungkinkan hal tersebut," jelas Dr Amporn, dikutip dari The Thaiger.

Responden menunjukkan perlunya dukungan pemerintah yang lebih besar. Itu termasuk tunjangan anak universal, perpanjangan cuti hamil dengan gaji penuh hingga 180 hari, dan akses ke perawatan kesuburan bersubsidi seperti IVF, ICSI, atau perawatan gratis setelah prosedur IUI yang gagal.

Melihat ini, direktur biro kesehatan reproduksi Dr Bunyarit Sukrat mencatat sebagian besar perempuan yang disurvei menyadari risiko selama kehamilan. Itu berkaitan dengan kesehatan mental yang buruk, penyalahgunaan zat, dan kondisi kronis, seperti hipertensi dan diabetes.

Namun, terdapat kesenjangan pengetahuan di bidang-bidang utama. Menurut direktur divisi literasi dan promosi komunikasi kesehatan Dr Akkarawat Piaopongpakawat, hanya sedikit lebih dari separuh peserta yang memiliki pemahaman memadai tentang usia ibu, berat badan, gula darah, dan infeksi terkait kehamilan.

"Perempuan menunjukkan kesadaran yang kuat tentang kesehatan umum dan gizi. Tetapi, kurang pengetahuan tentang faktor-faktor medis spesifik yang secara signifikan memengaruhi kesehatan ibu dan janin," terang Dr Akkarawat.

Menanggapi hal ini, departemen tersebut meningkatkan kampanye komunikasi di seluruh platform daring dan jaringan layanan kesehatan. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran akan kehamilan berisiko tinggi, pentingnya nutrisi pra-kehamilan, dan pencegahan infeksi seperti HIV dan sifilis.

Rencana lain yang juga sedang disusun adalah menyediakan konsultasi kesehatan reproduksi. Sementara pemerintah sedang mempertimbangkan skema manfaat baru untuk mendorong kehamilan dan meningkatkan sistem pendukung bagi calon ibu.

Temuan ini diharapkan dapat membentuk kebijakan mendatang. Sebab, Thailand menghadapi masa depan dengan angka kelahiran yang menurun dan dinamika keluarga yang berubah.

























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Fenomena Childfree Terjadi di Thailand, Perempuan Mulai Ogah Punya Anak"