Hagia Sophia

26 May 2024

Jangan Terlalu Sering Rebahan, Bisa Berakibat Pembesaran Prostat Jinak

ilustrasi (istimewa)

Disadari atau tidak, rebahan atau malas gerak (mager) saat ini banyak diadopsi dan bahkan menjadi salah satu gaya hidup dari banyak orang. Ironisnya, gaya hidup yang tak aktif secara fisik ini bisa menjadi alasan datangnya banyak penyakit.

Dokter spesialis urologi dr Adistra Imam Satjakoesoemah, SpU, FICS dari RS Abdi Waluyo mengatakan selain adanya risiko peningkatan sakit jantung dan diabetes, mereka yang malas gerak atau yang melakukan sedentary lifestyle juga berpotensi lebih berisiko terkena pembesaran prostat jinak atau Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). dr Adistra menyarankan masyarakat untuk tetap aktif berolahraga alih-alih menghabiskan banyak waktu hanya untuk rebahan.

"Sedentary lifestyle, santai-santai, kaum rebahan itu ada chance yang signifikan (terkena BPH). Jauhi rebahan, hidup aktif. Sedentary lifestyle, rebahan ya ada risk buat jadi pembesaran prostat, dari penelitian ya risk-nya. Tapi nggak semuanya begitu sekali lagi ya," ujarnya kepada detikcom, Jumat (24/5/2024).

"Kaum-kaum mager baiknya itu (perbanyak gerak). Semuanya sih bisa risk-nya meningkat. Sakit jantung dan lain-lain. Jadi olahraga teratur, aktivitas fisik, tadi juga diabetes juga," sambungnya.

Selain gaya hidup yang lebih aktif bergerak, dr Adistra menyarankan untuk lebih memperhatikan makanan atau minuman yang dikonsumsi. Menurutnya, ada beberapa makanan yang seharusnya dikurangi porsinya guna menekan risiko terserang BPH.

"Ada makanan-makanan yang sifatnya prokarsinogenik, overall sebenarnya bukan buat prostat doang. Red meat (daging merah) kemudian dietary food, susu dan produk turunannya. Itu ada chance, ada risiko. Sekali lagi ini bukan menyebabkan ya, tapi ada risiko," tegasnya.

dr Adistra kembali menekankan bahwa masih banyak risiko-risiko lain yang bisa saja menyebabkan timbulnya BPH atau bahkan masalah lain di prostat seperti kanker, selain dari pola makan.

"Ada pasien saya yang vegan hidupnya, tapi kena (pembesaran) prostat," tambahnya.

Meskipun peluang terkena penyakit BPH ini lebih banyak diidap oleh laki-laki berusia di atas 50 tahun, dr Adistra tetap menyarankan kepada mereka yang masih belum menyentuh angka tersebut untuk tetap menjaga gaya hidup dan rutin melakukan cek Prostate Specific Antigen (PSA).

"Ada (risiko), tapi biasanya starting point prostat mulai membesar, macam-macam teorinya. Dia itu (prostat) mulai membesar di atas 50 tahun biasanya. Cek PSA dulu aja, itu di umur 50 tahun, setahun sekali," tutupnya.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Jangan Kebanyakan Rebahan, Dokter Wanti-wanti Risiko Pembesaran Prostat Jinak"