Hagia Sophia

19 May 2024

Waspadai...Kebiasaan Marah-marah Bisa Tingkatkan Risiko Terkena Stroke

Ilustrasi (Foto: Shutterstock)

Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan kebiasaan marah-marah dapat meningkatkan risiko terkena stroke dan penyakit jantung. Hal ini terungkap dari penelitian yang diterbitkan pada Rabu (1/5/2024), di Journal of American Heart Association.

"Kemarahan berdampak buruk bagi fungsi pembuluh darah Anda," kata penulis utama studi Dr Daichi Shimbo, seorang ahli jantung dan salah satu direktur pusat hipertensi di Columbia University Irving Medical Center di New York City, dikutip dari rilis Journal of American Heart Association.

"Ini merusak fungsi arteri Anda, yang terkait dengan risiko serangan jantung di masa depan," lanjutnya

Penelitian observasional sebelumnya telah menunjukkan hubungan yang jelas antara emosi negatif, termasuk kemarahan, kecemasan dan kesedihan dengan peningkatan risiko serangan jantung dan stroke. Namun sedikit yang diketahui tentang bagaimana emosi ini memicu perubahan dalam tubuh yang menyebabkan penyakit tersebut.

Dalam studi baru ini, peneliti melibatkan 280 orang dewasa muda yang tampak sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit jantung atau stroke, kondisi kesehatan mental serius, atau penyakit kronis lainnya yang menjadi faktor risiko.

Peserta awalnya diminta untuk bersantai selama 30 menit di dalam laboratorium. Setelahnya, peserta menjalani sejumlah pemeriksaan, seperti pengukuran tekanan darah dan detak jantung, serta mengukur kesehatan sel endotel, kesehatan lapisan seluler bagian dalam pembuluh darah.

Setelah pengukuran awal dilakukan, peserta secara acak ditugaskan ke salah satu dari empat tugas oleh peneliti selama delapan menit. Satu kelompok diminta mengingat dengan lantang kenangan pribadi yang memicu kemarahan. Kemudian kelompok kedua diminta mengingat kenangan yang menimbulkan kecemasan.

Kelompok ketiga diminta membacakan kalimat-kalimat yang menimbulkan kesedihan, serta kelompok terakhir menghitung dengan suara keras agar tetap berada dalam kondisi netral secara emosional. Tugas-tugas ini dilanjutkan dengan masa istirahat hening yang kedua.

Pengukuran tekanan darah dan kesehatan endotel kemudian dilakukan lagi pada 3, 40, 70, dan 100 menit setelah tugas yang dilakukan.

Dibandingkan dengan kelompok yang netral secara emosional, peserta kelompok yang diminta mengingat kenangan memicu kemarahan mengalami penurunan kemampuan pembuluh darah untuk melebar, bahkan fungsinya berkurang lebih dari setengahnya. Dampak ini mencapai puncaknya pada saat 40 menit setelah tugas tersebut dilakukan dan kemudian fungsinya kembali normal.

Meskipun efeknya hanya sementara, peneliti menyatakan kekhawatiran terkait kemarahan yang berkepanjangan dapat menimbulkan dampak lebih buruk.

"Kami menunjukkan bahwa jika Anda marah sekali saja, hal itu akan mengganggu kemampuan Anda untuk membesar," kata Shimbo, yang juga seorang profesor kedokteran di Columbia.

"Tetapi bagaimana jika Anda marah 10 ribu kali seumur hidup? Penghinaan kronis pada arteri Anda pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan permanen. Menurut kami, itulah yang sedang terjadi," katanya lagi.

Sementara pada kelompok yang ditugaskan mengingat kenangan yang memicu kecemasan dan kelompok membaca kalimat yang menimbulkan kesedihan tidak secara signifikan memicu dampak terhadap pembuluh darah.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Ternyata Ini Alasan Orang Suka Marah-marah Berisiko Tinggi Kena Serangan Jantung"