![]() |
Foto ilustrasi: Thinkstock |
Duduk terlalu lama kerap dikaitkan dengan dampak buruk pada jantung. Kebiasaan ini juga disebut dapat membuat otak menyusut. Kok bisa?
Sebuah studi terbaru menemukan perilaku sedentari (duduk atau berbaring) dikaitkan dengan neurodegenerasi dan penurunan kognitif, meskipun melakukan aktivitas fisik.
Studi yang dipimpin oleh para peneliti di Vanderbilt University Medical Center dan University of Pittsburgh menemukan peningkatan perilaku sedentari, waktu yang dihabiskan untuk duduk atau berbaring, secara signifikan meningkatkan risiko penyusutan otak.
Ini berkaitan dengan risiko Alzheimer, terutama di kalangan lansia. Temuan ini dipublikasikan dalam Alzheimer's & Dementia: The Journal of the Alzheimer's Association.
Hubungan antara Penyusutan Otak dan Duduk Terlalu Lama
Diketahui bahwa duduk terlalu lama meningkatkan risiko penyakit kronis, masalah muskuloskeletal, hingga kematian dini. Tetapi, studi baru ini menemukan bahwa hal itu juga dapat menyebabkan penurunan kognitif.
Para peneliti menemukan bahwa meskipun seseorang rutin melakukan aktivitas fisik, kelompok lansia yang menghabiskan lebih banyak waktu untuk duduk menunjukkan tanda-tanda penurunan kognitif dan atrofi otak yang lebih besar seiring berjalannya waktu.
Dikutip dari Times of India, studi ini juga menunjukkan bahwa perilaku duduk dapat menjadi faktor risiko independen untuk penyakit Alzheimer.
Hasil Penelitian
Para peneliti mengamati 404 orang dewasa berusia 50 tahun ke atas selama lebih dari tujuh tahun untuk memahami dampak perilaku duduk terhadap kesehatan kognitif. Partisipan studi ini diminta untuk memakai perangkat pemantau aktivitas selama satu minggu untuk melacak berapa banyak waktu yang mereka habiskan untuk duduk atau berbaring.
Waktu duduk mereka kemudian dikaitkan dengan kinerja kognitif dan pemindaian otak yang direkam selama periode tindak lanjut tujuh tahun.
Para peneliti menemukan bahwa orang yang menghabiskan lebih banyak waktu untuk duduk lebih mungkin mengalami penurunan kognitif dan perubahan neurodegeneratif, terlepas dari seberapa banyak mereka berolahraga.
Hal ini terlihat jelas pada partisipan yang membawa lel APOE-e4, sebuah faktor risiko genetik untuk penyakit Alzheimer. Hal ini menekankan bahwa mengurangi waktu duduk mungkin sangat penting bagi lansia yang memiliki risiko genetik lebih tinggi terhadap penyakit Alzheimer.
"Mengurangi risiko penyakit Alzheimer bukan hanya tentang berolahraga sekali sehari. Meminimalkan waktu duduk, meskipun berolahraga setiap hari, mengurangi kemungkinan terkena penyakit Alzheimer," ujar penulis utama Marissa Gogniat, PhD, asisten profesor Neurologi di Pitt dan mantan peneliti pascadoktoral di Vanderbilt Memory and Alzheimer's Center, dalam sebuah pernyataan.
"Sangat penting untuk mempelajari pilihan gaya hidup dan dampaknya terhadap kesehatan otak seiring bertambahnya usia. Studi kami menunjukkan bahwa mengurangi waktu duduk bisa menjadi strategi yang menjanjikan untuk mencegah neurodegenerasi dan penurunan kognitif selanjutnya," lanjutnya.
Mereka mengatakan penelitian ini menyoroti pentingnya mengurangi waktu duduk, terutama di kalangan lansia dengan risiko genetik yang lebih tinggi untuk penyakit Alzheimer.
"Sangat penting bagi kesehatan otak untuk beristirahat dari duduk sepanjang hari dan bergerak untuk meningkatkan waktu aktif kita," tambah rekan penulis Angela Jefferson, PhD, profesor Neurologi dan direktur pendiri Vanderbilt Memory and Alzheimer's Center di VUMC.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Keseringan Duduk Terlalu Lama Bisa Bikin Otak Menyusut, Kok Bisa?"