Hagia Sophia

21 May 2025

Kasus COVID-19 di Indonesia Tidak Melonjak, Karena Jarang Tes?

Foto: Grandyos Zafna

Berbeda dengan catatan di Singapura, COVID-19 Indonesia nihil lonjakan kasus signifikan. Bahkan, mengacu grafik data yang dirilis Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI), puncak kasus tampak terakhir terjadi awal Januari 2024 dengan kisaran 400 kasus.

Setelahnya, kasus COVID-19 nyaris selalu berada di bawah 10 kasus per hari. Sepanjang 2025 hingga periode April, Kemenkes RI 'hanya' mencatat 138 kasus positif dan nihil kematian. Menurut Pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI) Dr dr Erlina Burhan, SpP(K), MSc, saat ini surveilans maupun testing COVID-19 tidak semasif tahun-tahun lalu.

Kelonggaran keduanya yang membuat kasus COVID-19 di Indonesia tampak rendah. Meski begitu, pemantauan kasus COVID-19 bergejala berat yang membutuhkan perawatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain juga konsisten menurun.

"Memang tes COVID-19 dan surveilans sudah jarang dilakukan, jadi kasus yang tercatat juga relatif sedikit," tandasnya saat dihubungi detikcom, Senin (19/5/2025).

Senada, Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara periode 2018-2020 Prof Tjandra Yoga Aditama menyoroti tren testing dan surveilans di banyak negara masih berjalan baik. Karenanya, tidak heran bila beberapa di antaranya masih mencatat kenaikan kasus bahkan lonjakan COVID-19.

"Jadi bukan hanya ketika pandemi berkecamuk, tetapi juga pada keadaan bisa. Surveilans ini penting karena merupakan 'tulang punggung' pengendalian penyakit menular, termasuk COVID-19," kata dia saat dihubungi terpisah, Selasa (20/5).

COVID-19 menurutnya jelas masih menyebar di lingkungan sekitar, termasuk Indonesia. Variasi peningkatan kasus dari waktu ke waktu mungkin saja terjadi, terlebih COVID-19 sudah seperti kasus flu musiman.

Prof Tjandra menekankan hal yang perlu diwaspadai adalah jenis varian yang saat ini tengah beredar, serta kemungkinan mutasi.

"Yang penting variasi epidemiologi ini dipantau ketat, bukan hanya perubahan jumlah kasus dan kematian tetapi pola genomiknya," pesan dia.

Kasus-kasus di negara tetangga seperti Singapura dan Thailand belum terlihat didominasi varian baru. Adapun LF.7 dan NB.1.8 adalah turunan JN.1 yang memang sudah bersirkulasi sejak tahun lalu.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "RI Tak Alami Lonjakan COVID Seperti Singapura, Betulan Aman atau Sudah Jarang Tes?"