Hagia Sophia

23 May 2024

Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah, Satu Penumpang Meninggal

Foto: Getty Images/Jetlinerimages

Pesawat Singapore Airlines rute London-Singapura dilaporkan terjun drastis yang memicu turbulensi parah. Kejadian ini memicu setidaknya puluhan orang dirawat di rumah sakit dan satu kematian.

Turbulensi tiba-tiba terjadi di Cekungan Irrawaddy di Myanmar sekitar 10 jam setelah penerbangan, kata maskapai tersebut. Pilot menyatakan keadaan darurat medis dan mengalihkan pesawat ke Bangkok, katanya tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Saat bepergian dengan pesawat, turbulensi udara sering terjadi. Hal ini biasanya tidak berbahaya, tapi dalam kasus yang jarang, bisa memicu kematian.

Meskipun sebagian besar penumpang pernah mengalami turbulensi ringan sebelumnya, turbulensi parah jarang terjadi. Beberapa angka menyebutkan jumlah penerbangan yang terkena dampak turbulensi parah adalah satu keberangkatan dalam setiap 50.000 penerbangan, menurut laporan di The Independent.

Turbulensi adalah pergerakan udara tidak teratur yang menyebabkan perubahan ketinggian atau sudut pesawat tidak menentu, yang terasa seperti bergelombang, berombak, atau terombang-ambing bagi penumpang di dalamnya. Turbulensiyang berlangsung dalam waktu singkat dikategorikan berdasarkan tingkat intensitasnya: ringan, sedang, dan berat.

Berbicara kepada CNN, Paul Williams, profesor ilmu atmosfer yang meneliti turbulensi menjelaskan pada tingkat jelajah penerbangan, hanya sekitar 3 persen atmosfer yang mengalami turbulensi ringan, sekitar 1 persen mengalami turbulensi sedang, dan sepersepuluh persen mengalami turbulensi parah pada waktu tertentu.

"Jenis yang terburuk adalah turbulensi yang parah: ini lebih kuat dari gravitasi, sehingga dapat membuat Anda terjepit di tempat duduk dan jika Anda tidak mengenakan sabuk pengaman, Anda akan terlempar ke dalam kabin. Ini adalah jenis turbulensi yang menyebabkan cedera serius - misalnya, diketahui dapat menyebabkan patah tulang," kata dia.

Dalam sebuah laporan dari National Transportation Safety Board, mayoritas penumpang yang terluka parah akibat turbulensi tidak mengenakan sabuk pengaman, seringkali karena mereka menggunakan kamar kecil atau berjalan mondar-mandir di lorong. Selain itu cedera dapat disebabkan oleh jatuhnya bagasi di atas kepala dan terbentur kepala orang, orang tersandung atau terlempar ke kursi atau sisi kabin, atau gerobak makanan yang menabrak orang.

Federal Aviation Administration mendefinisikan cedera serius sebagai cedera yang memerlukan rawat inap selama lebih dari 48 jam, atau mengakibatkan "patah tulang, kerusakan otot atau tendon yang parah, kerusakan pada organ dalam, atau luka bakar tingkat dua atau tiga" yang terjadi akibat turbulensi.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Dialami Singapore Airlines, Kenapa Turbulensi Pesawat Bisa Picu Kematian?"