Hagia Sophia

19 July 2025

Kebanyakan Konsumsi Minuman Manis Berdampak ke Risiko Ginjal Rusak

Kebanyakan minum manis bisa bikin gagal ginjal. (Foto: iStock)

Data dari Survei Kesehatan Indonesia 2023 menunjukkan sebanyak 47,5 persen warga Indonesia berusia 3 tahun ke atas mengonsumsi minuman manis lebih dari 1 kali dalam sehari. Sisanya, sekitar 43,3 persen, mengonsumsi minuman manis 1-6 kali seminggu.

Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan dalam jangka panjang, terutama kerusakan ginjal yang berujung hemodialisis atau cuci darah.

Minuman berpemanis dalam kemasan mengandung rata-rata 22 gram gula per 250 ml atau sekitar 45,6 persen lebih tinggi dari batas konsumsi gula yang dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Peningkatan kadar gula dalam darah dapat merusak fungsi insulin dan meningkatkan resistensi insulin.

Kadar gula tinggi dalam darah atau diabetes melitus, yang berlangsung cukup lama, dapat mempengaruhi fungsi ginjal dalam mengeluarkan racun dan cairan berlebih dari dalam tubuh. Kondisi ini lambat laun akan merusak sistem penyaringan dalam ginjal, hingga akhirnya kerusakan pada ginjal dan gagal ginjal.

Inilah yang menyebabkan semakin banyaknya orang yang melakukan cuci darah di usia muda karena ginjalnya gagal berfungsi menyaring kotoran dan racun dalam darah.

"Yang berisiko menjadi penyebab adalah diabetes dan hipertensi. Jadi gaya hidup yang buruk bisa mengganggu fungsi ginjal," tutur Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) dr Pringgodigdo Nugroho, SpPD-KGH kepada detikcom beberapa waktu lalu.

Studi yang terbitkan dalam Clinical Journal of the American Society of Nephrology menemukan mereka yang banyak mengonsumsi minuman berpemanis dalam kemasan memiliki risiko 61 persen terkena penyakit ginjal kronis. Belum lagi, mengonsumsi minuman manis meningkatkan risiko diabetes yang berkaitan dengan penurunan fungsi ginjal pemicu gagal ginjal kronis.

Pembiayaan penyakit gagal ginjal naik di BPJS Kesehatan

Pembiayaan kesehatan gagal ginjal kronis di BPJS Kesehatan dilaporkan mencapai Rp 11 triliun pada 2024. Direktur Utama BPJS Kesehatan Prof Ali Ghufron Mukti menilai tren tersebut berkaitan dengan kenaikan kasus penyakit gagal ginjal kronik, termasuk di generasi muda dalam beberapa tahun terakhir.

"Tahun 2024 ini mencapai Rp 11 triliun, cukup besar untuk seluruh penyakit gagal ginjal kronik, ini baru yang hanya tercover BPJS saja," ucap Ghufron, Selasa (11/2).

Prof Ghufron mengimbau masyarakat utamanya generasi muda untuk memerhatikan pola minum dan makan, juga mengontrol riwayat penyakit yang meningkatkan risiko gagal ginjal.

























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Warga Indonesia Kebanyakan Minum Manis, Risiko Ginjal Rusak-Cuci Darah Naik"