Hagia Sophia

25 May 2024

Akibat Turbolensi Ekstrem Singapore Airline, 20 Penumpang Dirawat di ICU

Kerusakan Singapore Airlines. (Foto: REUTERS/Stringer)

Sebanyak 20 penumpang Singapore Airlines korban turbulensi ekstrem dilaporkan masih dalam perawatan serius di ICU. Beberapa di antaranya bahkan harus menjalani operasi karena mengalami cedera otak hingga kerusakan sumsum tulang belakang.

Kejadian nahas yang menimpa pesawat Boeing 777-300ER menyebabkan banyak penumpang terbanting ke langit-langit. Seorang pria Inggris berusia 73 tahun tewas diduga karena serangan jantung, sementara 104 orang terluka dalam penerbangan yang membawa 211 penumpang dan 18 awak dari London ke Singapura pada Selasa kemarin.

Direktur Rumah Sakit Samitivej Srinakarin Bangkok, Adinun Kittiratanapaibool, mengatakan stafnya merawat enam orang karena cedera tengkorak dan otak, 22 orang mengalami cedera tulang belakang, dan 13 orang dilaporkan cedera tulang, otot, dan lainnya.

Mereka termasuk enam warga Inggris, enam warga Malaysia, tiga warga Australia, dua warga Singapura, dan masing-masing satu orang dari Hong Kong, Selandia Baru, serta Filipina.

Rumah sakit lain juga diminta untuk memberikan spesialis terbaik mereka demi membantu perawatan korban yang terluka. Pasien cedera di rumah sakit berusia antara dua hingga 83 tahun. Tak satu pun pasien ICU berada dalam kondisi yang mengancam jiwa.

"Tujuh belas operasi telah dilakukan, sembilan operasi tulang belakang dan delapan untuk cedera lainnya," katanya. Beberapa lagi memerlukan operasi lebih lanjut.

Ketika ditanya tentang prognosis kasus-kasus paling serius, Adinun mengatakan masih terlalu dini untuk menilai apakah ada orang yang bisa mengalami kelumpuhan permanen, dan dokter harus mengamati apakah fungsi otot sepenuhnya pulih setelah operasi.

Laporan mengenai penumpang masih bermunculan setelah insiden pesawat jatuh dari ketinggian 1.800 meter atau 6.000 kaki dalam beberapa menit.

"Saya terjatuh ke lantai, saya tidak menyadari apa yang terjadi," kata Josh Silverstone, 24, warga Inggris dalam perjalanan liburan ke pulau Bali, Indonesia, mengatakan kepada wartawan.

"Kepalaku pasti terbentur di suatu tempat. Semua orang berteriak di pesawat. Orang-orang ketakutan. Saya menyalakan Wi-Fi pesawat yang saya beli dan mengirim SMS ke ibu saya untuk mengatakan 'Aku mencintaimu'," tambahnya setelah meninggalkan rumah sakit, tempat dia dirawat karena luka di kepala, pada hari Rabu.

Kepala Eksekutif Singapore Airlines Goh Choon Phong telah meminta maaf atas pengalaman traumatis tersebut dan menyatakan belasungkawa kepada keluarga almarhum. Foto-foto yang diambil di dalam pesawat setelah mendarat di Bangkok menunjukkan kabin dalam kekacauan, penuh dengan makanan, minuman dan bagasi, serta masker oksigen yang tergantung di langit-langit yang rusak.

Penerbangan bantuan membawa 131 penumpang dan 12 awak ke Bandara Changi Singapura pada hari Rabu untuk melanjutkan perjalanan atau kembali ke rumah. Insiden-insiden ini menyusul insiden-insiden lain yang terjadi pada tahun ini, saat turbulensi parah telah menyebabkan banyak korban cedera.

Flightradar24 mengatakan data pelacakannya menunjukkan pesawat mengalami turbulensi sekitar pukul 8.49 pagi BST saat terbang di atas Myanmar.

Layanan pelacakan penerbangan mengatakan data yang dikirim dari pesawat menunjukkan perubahan kecepatan vertikal yang cepat, konsisten dengan peristiwa turbulensi yang tiba-tiba, dan menambahkan bahwa ada beberapa badai petir hebat di wilayah tersebut pada saat itu.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "20 Penumpang Singapore Airlines Dirawat di ICU, Cedera Otak-Rusak Tulang Belakang"