Hagia Sophia

28 July 2024

Gaya Jalan Seseorang Berkaitan Erat dengan Kesehatan

Ilustrasi jalan kaki. (Foto: Getty Images/iStockphoto/torwai)

Meskipun terlihat sederhana, gerakan berjalan melibatkan banyak sinyal antara otak dan otot-otot seperti lengan dada, punggung, perut, panggul, dan kaki. Gaya berjalan seseorang, mulai dari kecepatan hingga kelancaran rupanya sangat berkaitan dengan status kesehatan seseorang lho.

Ketika seseorang menua, mereka akan mulai kehilangan massa, kekuatan, dan kualitas otot. Proses ini disebut dengan istilah sarkopenia dimulai sekitar usia 40-an. Belum lagi ditambah kondisi artrofi atau ketika saraf di seluruh tubuh mulai berfungsi kurang efisien dan jumlah saraf berkurang.

Penelitian menunjukkan kecepatan berjalan seseorang di usia 45 tahun merupakan prediktor kesehatan fisik dan mental di kemudian hari. Penurunan kecepatan dan kelancaran ketika berjalan dapat menjadi indikator awal masalah neurodegeneratif, seperti parkinson.

Parkinson dapat mengganggu pesan otak ke sistem muskuloskeletal yang membuat gaya jalan seseorang menjadi lamban, tidak simetris, dan cenderung sempoyongan. Ini dapat terlihat samar, namun dapat dideteksi selama tahap awal penyakit.

Penurunan fungsi kognitif dapat membuat tiap langkah saat berjalan menjadi lebih pendek, dan waktu yang dibutuhkan untuk satu langkah pun menjadi lebih lama.

Selain penurunan kognitif, perubahan gaya berjalan juga dapat dikaitkan dengan masalah arteri perifer, terjadi akibat penyempitan arteri yang memasok darah ke kaki. Kondisi ini membuat otot bagian gluteus dan belakang kaki, hingga betis terasa nyeri saat berjalan.

Penyempitan yang terjadi membuat 'permintaan' oksigen ke kaki tidak dapat dipenuhi dan menyebabkan pelepasan asam laktat yang menyebabkan rasa kram. Ketika berhenti bergerak, otot-otot hanya membutuhkan sedikit oksigen, sehingga nyeri tersebut bisa hilang.

Faktor risiko penyakit arteri perifer meliputi merokok, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, diabetes, hingga riwayat penyakit pembuluh darah dalam keluarga.

Selain dikaitkan dengan konsumsi alkohol yang berlebihan, jalan sempoyongan juga dapat dikaitkan dengan kekurangan vitamin B12. Munculnya gejala ini pada orang dewasa mungkin membutuhkan waktu berbulan-bulan, bahkan tahun.

Namun, pada anak-anak, kondisi ini dapat muncul dalam waktu yang lebih singkat karena pematangan sistem saraf dan peran utama vitamin B12 dalam melindungi sistem saraf dari gangguan.

Untungnya, masalah kekurangan vitamin B12 dengan injeksi relatif lebih mudah dan dapat ditoleransi dengan baik dalam sebagian besar kasus. Menambahkan makanan kaya vitamin B12 seperti daging, telur, susu dalam beberapa kasus bahkan sudah cukup untuk menghilangkan gejalanya.

Masalah telinga bagian dalam, seperti labirinitis, dapat menjadi penyebab jangka pendek dari masalah keseimbangan dan gaya berjalan. Masalah ini biasanya sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan.

Infeksi telinga bagian dalam menyebabkan pergerakan cairan yang tidak normal di bagian telinga tersebut, yang membuat sinyal saraf dari telinga ke otak menjadi sulit ditafsirkan. Hal ini menyebabkan tubuh tidak sepenuhnya mengintegrasikan informasi ini dengan informasi visual dan posisi.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Ternyata Gaya Jalan Seperti Ini Bisa Jadi Tanda Ada Masalah Kesehatan di Tubuh"