Hagia Sophia

22 July 2024

Pesan BMKG Menghadapi Fenomena Udara Dingin di Musim Kemarau

Ilustrasi menggigil. (Foto: Getty Images/wichayada suwanachun)

Menjelang puncak musim kemarau, fenomena udara dingin dilaporkan di beberapa wilayah. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) beberapa daerah mencatat suhu minimum lebih tinggi. Misalnya di Pegunungan Bromo (Wilayah Bromo,Tengger dan Semeru), Pegunungan Sindoro-Sumbing (Kota Wonosobo dan Temanggung) dan Wilayah Lembang Bandung.

Pada 7 Juli 2024, suhu minimum di Dataran Tinggi Dieng bahkan mencapai 1 derajat celsius pada jam 2 dini hari. Selain dipicu Angin Monsun Australia, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengungkapkan fenomena cuaca dingin di tengah musim kemarau juga disebabkan posisi geografis, kondisi topografis, tingginya wilayah dan kelembapan udara yang relatif kering.

"Beberapa hari terakhir ini, cuaca cerah mendominasi hampir di seluruh pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera bagian selatan, Kalimantan bagian selatan, dan Sulawesi bagian selatan. Angin dominan dari arah timur hingga tenggara membawa massa udara kering dan dingin dari daratan Australia ke Indonesia sehingga kurang mendukung proses pertumbuhan awan," ujar Guswanto di Jakarta, Jumat (19/7/2024).

Walhasil, langit terbilang cerah sepanjang hari. Minimnya tutupan awan di malam hari yang kemudian memicu radiasi panas dari permukaan bumi terpencar ke atmosfer tanpa hambatan, menyebabkan turunnya suhu yang signifikan.

Di sisi lain, angin tenang di malam hari juga menghambat campuran udara sehingga udara dingin terperangkap di permukaan bumi.

"Daerah dataran tinggi atau pegunungan cenderung lebih dingin karena tekanan udara dan kelembapan yang lebih rendah," imbuhnya.

BMKG memprediksi satu pekan ke depan, cuaca cerah hingga berawan masih bakal mendominasi wilayah Indonesia khususnya bagian selatan. Meski begitu, tetap ada potensi hujan intensitas tinggi di beberapa wilayah.

Kepala Pusat Meteorologi Publik, Andri Ramdhani mewanti-wanti kemungkinan sejumlah daerah yang bisa dihadang angin kencang. Fenomena intrusi udara kering/dry intrusion dari BBS diprediksi melintasi wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku, yang mampu mengangkat uap air basah di depan batas intrusi menjadi lebih hangat dan lembap di Sulawesi bagian tengah, Maluku, dan Pulau Papua.

"Secara umum, kombinasi fenomena-fenomena cuaca tersebut diperkirakan menimbulkan potensi cuaca signifikan dalam periode 18 - 25 Juli 2024. Di antaranya berupa hujan sedang - lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang terdapat di wilayah Sumatera Barat, Kalimantan Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua. Kondisi ini juga berpotensi menimbulkan angin kencang di wilayah Banten, Jawa Barat, NTB, NTT, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat, dan Papua Tengah," pesan dia.

"Kepada masyarakat di wilayah tersebut, kami himbau untuk senantiasa waspada dan siap-siaga. Utamanya apabila sedang berkendara ketika angin kencang terjadi karena dapat mengakibatkan baliho dan pohon tumbang atau menerbangkan material-material berbahaya," pungkasnya.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Wanti-wanti BMKG di Tengah Suhu 'Menggigil' saat Musim Kemarau"