Hagia Sophia

29 August 2024

Dampak Tertular COVID-19 Tidak Boleh Diabaikan, Bisa Serang Otak

Ilustrasi otak. (Foto: Getty Images/janiecbros)

Sebuah studi terbaru mengungkap efek infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 pada otak. Penelitian ini menemukan bahwa virus tersebut dapat menggunakan 'pintu belakang' untuk menginfeksi otak.

Temuan ini sebagian dapat menjelaskan mengapa banyak orang mengalami gejala neurologis seperti kelelahan, pusing, brain fog, hingga kehilangan indera perasa atau penciuman selama atau setelah terinfeksi virus.

Para ilmuwan menduga gejala-gejala tersebut mungkin muncul karena SARS-CoV-2 memasuki sistem saraf pusat. Tetapi bagaimana dan mengapa virus itu berpindah dari saluran napas ke otak belum jelas hingga saat ini.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada 23 Agustus dalam jurnal Nature Microbiology, peneliti menemukan mutasi pada protein spike virus, yang digunakan untuk memasuki sel manusia dengan mengikat molekul yang disebut ACE2 di permukaan sel.

"Spike protein dari SARS-CoV-2 melapisi bagian luar virus dan memungkinkannya memasuki sel," kata salah satu rekan penulis studi dari Universitas Northwestern Chicago Judd Hultquist dikutip dari Live Science, Selasa (27/8/2024).

"Biasanya virus dapat memasuki sel dengan dua cara, yaitu 'pintu depan' melalui permukaan sel, atau 'pintu belakang' secara internal setelah diserap ke dalam sel," sambungnya.

Salah satu bagian dari spike protein yang disebut furin cleavage site membantu virus untuk memasuki sel melalui 'pintu depan'. Jika furin cleavage site ini bermutasi atau hilang, virus hanya dapat menggunakan rute 'pintu belakang'.

"Untuk mencapai dan bereplikasi dengan sukses di otak, sepertinya virus harus melalui pintu belakang. Menghapus furin cleavage site lebih mungkin untuk menggunakan jalur ini dan lebih mungkin menginfeksi sel-sel otak," sambungnya.

Peneliti ini dilakukan menggunakan tikus yang direkayasa secara genetika yang sel-selnya menghasilkan ACE2 manusia. Setelah tikus tersebut diinfeksi, peneliti mengambil sampel virus dari jaringan paru, otak, dan mengurutkan genom virus.

Judd menuturkan bahwa tikus tersebut mengalami infeksi otak. Namun, ketika virus tersebut mengalami mutasi pada furin cleavage site, sel yang terinfeksi menjadi lebih banyak.

Meskipun belum dapat dipastikan apakah sel yang terinfeksi ini bertanggung jawab atas semua gejala neurologis COVID-19, peneliti melihat tingkat infeksi yang tinggi pada sel-sel hipokampus dan korteks premotorik yang masing-masing terkait dengan memori dan gerakan.

Perlu diingat, penelitian ini baru dilakukan pada tikus dan diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah SARS-CoV-2 memiliki persyaratan yang sama untuk menginfeksi otak manusia. Meski begitu, penelitian ini bisa dibilang menjadi langkah awal untuk mengobati efek neurologis dari COVID-19.

























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Efek Tertular COVID-19 Tak Bisa Dianggap Sepele, Begini Pengaruhnya ke Otak"