Hagia Sophia

04 September 2024

Ilmuwan Temukan Observatorium Mesir Kuno, Ini Isinya

Lokasi observatorium kuno di Kafr El Sheikh, Buto, Mesir. Foto: Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir

Arkeolog menemukan sebuah sisa-sisa bangunan di Kafr El Sheikh, Mesir. Berdasarkan penelusuran, bangunan ini adalah tempat orang Mesir kuno mengamati langit dan bintang-bintang.

Lebih dari 2.500 tahun yang lalu, bangunan ini merupakan observatorium astronomi terbesar yang diketahui di Mesir pada abad ke-6 SM. Situs ini merupakan bagian dari apa yang sekarang kita sebut Kuil Firaun yang terletak di Kota Buto.

Di sana, para astronom zaman dulu dengan tekun melacak pergerakan Matahari dan bintang-bintang, sebuah tugas penting dalam kehidupan orang Mesir kuno.

Bangsa Mesir termasuk di antara para astronom paling ahli dalam sejarah, dan warisan mereka masih bertahan hingga hari ini. Mereka memetakan langit malam secara menyeluruh, dan memiliki konstelasi serta zodiak mereka sendiri. Beberapa tandanya masih dikenali hingga saat ini.

Observatorium yang baru ditemukan ini menunjukkan keterampilan tersebut, meskipun hanya dengan sedikit bukti yang telah bertahan terhadap kerusakan akibat waktu.

Beberapa artefak terakota ditemukan di observatorium kuno di Mesir. Foto: Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir

Dikutip dari Science Alert, Senin (9/2/2024) tempat ini dibangun dari batu bata lumpur, meliputi area seluas 850 meter persegi, dibangun berbentuk L yang ditopang oleh pilar-pilar, dengan pintu masuk menghadap ke timur yang merupakan arah Matahari terbit.

Di dalamnya, arkeolog dari Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir menemukan artefak dan perlengkapan yang terkait dengan studi tentang langit.

Yang perlu diperhatikan dari temuan di situs ini adalah jam bayangan miring yang besar, yang desainnya dirancang oleh orang Mesir kuno untuk melacak waktu. Jam-jam ini adalah sejenis jam Matahari, yang menggunakan gerakan bayangan saat Matahari bergerak melintasi langit untuk melacak waktu dari fajar hingga senja.

Pekerjaan penggalian di observatorium astronomi di Buto. Foto: Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir

Jam khusus tersebut terdiri dari lempengan batu kapur sepanjang 4,8 meter, yang di atasnya dipasang lima blok batu kapur datar, tiga diletakkan secara vertikal dan dua horizontal. Meskipun sekarang sudah usang, pada blok-blok ini, garis-garis dulunya ditulis untuk melacak perubahan kemiringan bayangan yang terbentuk pada blok-blok tersebut saat Matahari bergerak.

Sebuah balok batu besar juga ditemukan di sebuah ruangan melingkar, dengan dua balok batu melingkar, satu di utara dan satu di barat. Ini juga digunakan untuk melacak kemiringan Matahari.

Serangkaian lima ruangan yang lebih kecil kemungkinan digunakan untuk menyimpan peralatan observatorium, sementara empat ruangan kecil dari batu bata dan satu ruangan batu tampaknya digunakan sebagai menara observatorium. Sebuah aula besar juga ditemukan, dengan tiga dinding dilapisi dengan mortar kuning yang di atasnya terdapat lukisan mural.

Temuan ini termasuk perahu ritual dengan delapan relung, dan dua dayung di bagian belakang. Di bagian depan perahu, para arkeolog membuat gambar kepala Horus dan Mata Udjat, simbol yang tidak hanya terkait dengan alam semesta dan kosmos, tetapi juga Dewa Horus dan Dewi Wadjet, dewa terpenting dalam Buto.

Di tengah aula terdapat sebuah panggung batu, yang di atasnya ditemukan prasasti yang sebagian besar berisi pemandangan astronomis Matahari terbit dan terbenam selama tiga musim yang diamati di Mesir kuno.

Beberapa artefak yang ditemukan di situs tersebut, termasuk patung-patung keagamaan dan koin-koin. Foto: Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir

Artefak di observatorium tersebut meliputi patung perunggu Osiris dan Nemes, patung terakota Dewa Bes, dan patung granit yang berasal dari dinasti ke-26, di bawah kekuasaan Firaun Wahibre Psamtik I. Patung ini menggambarkan Osiris, dan ditulisi oleh pendeta Psamtik-Seneb, yang berisi gelar Pembawa Segel Kerajaan.

Penemuan artefak lainnya termasuk alat ukur, kalung menat faience, patung faience Dewa Ptah, simbol keagamaan faience, artefak tembikar, penutup amphora yang terbuat dari mortar, dan meja persembahan.

Astronomi sangat penting bagi orang Mesir kuno. Mereka menggunakan kalender yang rumit untuk menandai perjalanan waktu, dan menentukan tanggal ritual keagamaan dan politik, seperti festival dan penobatan. Astronomi juga penting untuk melacak banjir tahunan Sungai Nil, pertanian, dan navigasi.

Saat ini, kita mungkin menganggap kalender sebagai hal biasa, sesuatu yang lumrah menjadi bagian dari gaya hidup kita. Namun, setidaknya sebagian dari kita harus berterima kasih kepada kerja keras dan kecerdikan para astronom Mesir kuno, sehingga kuil-kuil seperti ini masih berdiri dan kita dapat mempelajari karya mereka, ribuan tahun setelah kehidupan mereka sendiri menghilang terkubur pasir.


























Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "Observatorium Mesir Kuno Ditemukan, Tak Disangka Isinya Ini"