Hagia Sophia

05 September 2024

Rencana Jepang Agar Wanita Pindah ke Desa Usai Nikah Tuai Kritikan

Foto: Getty Images/Nikada

Pemerintah Jepang sebelumnya meminta banyak wanita di sana untuk pindah dari daerah perkotaan ke pedesaan, di tengah krisis populasi. Menurut otoritas setempat, rasio pria lajang di daerah pedesaan lebih tinggi daripada di kota seperti Tokyo.

Biaya yang dialokasikan pemerintah untuk wanita saat pindah ke pedesaan berkisar 600 ribu yen atau sekitar 63,7 juta rupiah. Namun, baru-baru ini, Jepang membatalkan rencana tersebut.

Pasalnya, banyak kritik yang diterima termasuk penilaian diskriminatif dan kurang peka atau sensitif, meski tujuannya juga termasuk membantu revitalisasi daerah regional.

"Apakah mereka pikir uang dapat membeli wanita?" protes salah satu wanita di Jepang. "Mereka mencoba untuk 'memanfaatkan' wanita," kata yang lain, menurut laporan Japan Today, dikutip Selasa (3/9/2024).

Kritik juga datang dari dalam pemerintahan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.

"Jika kita mencoba memotivasi orang untuk pindah ke daerah regional dengan menggunakan pernikahan, dan membiarkan akar penyebab masalah tidak tertangani, itu bukanlah cara yang tepat untuk melakukannya," kata Wakako Yata, seorang penasihat perdana menteri.

Berbicara pada konferensi pers pada hari Jumat, menteri revitalisasi regional Hanako Jimi mengatakan dia menginstruksikan para pejabat untuk mempertimbangkan kembali rencana tersebut.

"Kami akan mendengarkan dengan saksama suara orang-orang yang sedang berjuang karena kesenjangan pendapatan antara pria dan wanita, bias gender, dan alasan lainnya, dan mengambil tindakan," katanya.

Pemerintah sedang mengatasi konsentrasi orang di daerah perkotaan seperti Tokyo. Pandemi COVID-19 meningkatkan daya tarik daerah pedesaan dengan memberi orang lebih banyak fleksibilitas dalam cara dan tempat mereka bekerja.

Namun, konsentrasi yang berlebihan tetap menjadi tantangan, dengan Tokyo mengalami arus masuk bersih sekitar 68.000 orang pada 2023, menurut data pemerintah. Dari total tersebut, sekitar 37.000 di antaranya adalah wanita.

Rasio pria lajang di daerah pedesaan lebih tinggi daripada di kota, sebagian karena semakin banyak wanita memilih untuk tetap tinggal di daerah Tokyo daripada kembali ke kampung halaman mereka.

Jepang sudah menjadi salah satu negara dengan jumlah penduduk usia lanjut tercepat di dunia, dengan angka kelahiran yang cenderung menurun. Tren ini mencerminkan semakin banyak orang yang memilih untuk tidak menikah sama sekali atau menikah di usia lanjut.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Pemerintah Jepang Dikritik gegara Minta Wanita Pindah ke Desa usai Nikah"