![]() |
Foto ilustrasi: Getty Images/iStockphoto/Juan Garcia |
Seorang pria di Singapura dilarikan ke rumah sakit dengan keluhan perut kembung dan nyeri di ulu hati. Di unit gawat darurat (UGD), dokter memeriksa pria tersebut dan melihat perutnya yang membengkak.
Dokter langsung mengarahkannya untuk melakukan rontgen. Namun, hasilnya tidak menunjukkan adanya kantong udara di rongga perut pasien, yang menjadi tanda terjadinya perforasi usus.
Dari hasil pemeriksaan darah, terungkap pria 30 tahun itu memiliki kadar sel darah putih yang tinggi di dalam sistem peredaran darahnya dan kadar kreatinin serta amilase yang lebih tinggi dari biasanya.
Kreatinin adalah zat kimia sisa dari produksi energi di otot, sementara amilase merupakan enzim yang membantu mencerna karbohidrat.
Jumlah sel darah putih yang meningkat dapat terjadi sebagai respons terhadap infeksi. Namun, penyakit atau stres mendadak juga dapat menyebabkan kadar sel darah putih tinggi.
Dokter kemudian meminta CT scan pada perut dan panggul pasien.
"Hasilnya menunjukkan bahwa lambungnya dan bagian atas usus halusnya sangat membesar karena bahan makanan," tulis dokter dalam laporan kasus, dikutip dari Live Science.
Usus pria itu terdorong ke sisi kiri perutnya, sehingga pankreasnya menjadi rata.
Menurut pasien, delapan jam sebelum kejadian, ia mengikuti lomba makan cepat. Selama lomba, ia menghabiskan burger seberat 3,2 kg hanya dalam waktu 30 menit.
Tak lama setelah itu, pria tersebut memuntahkan makanan yang tidak tercerna, tetapi tidak mengeluarkan darah atau empedu.
Di rumah sakit, dokter memastikan bahwa gejala yang dialami pria itu disebabkan burger berukuran besar yang dimakan pasien terlalu cepat, sehingga tidak dapat dicerna oleh lambung.
Pasien pun dirawat di rumah sakit. Tim dokter berusaha mengurangi tekanan di lambungnya melalui selang yang dimasukkan ke hidung. Hal ini dapat membantu mengeluarkan kelebihan gas di saluran pencernaan.
Namun, perutnya tetap buncit dan rasa sakitnya terus berlanjut.
Para dokter mempertimbangkan untuk melakukan gastrostomi, yakni pembedahan untuk membuka lambung melalui dinding perut untuk membuang makanan yang tidak dicerna. Pasien akhirnya buang angin atau kentut, sistem pencernaannya mulai bekerja dan memproses massa besar burger yang dimakan.
Analisis darah menunjukkan jumlah sel darah putih pria tersebut mulai kembali normal dan bisa buang air besar. Lima hari kemudian, gejalanya telah sepenuhnya sembuh dan diperbolehkan pulang.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Pria 30 Tahun Masuk UGD usai Makan Burger Seberat 3,2 Kg, Perutnya Bengkak"