Hagia Sophia

12 October 2024

Fenomena 'Bapak Rumah Tangga' Sedang Tren di China

Ilustrasi ayah dan anak. (Foto: Getty Images/Jacob Wackerhausen)

Fenomena 'bapak rumah tangga' semakin tren di China. Banyak pria yang memilih 'resign' dari pekerjaan untuk fokus menyelesaikan tugas rumah tangga termasuk memasak, membersihkan rumah, mangasuh anak-anak.

Misalnya Chen Hualiang. Pria China berusia 30-an tersebut mengerjakan tugas-tugas rumah tangga yang biasanya dilakukan istrinya. Chen menentang tradisi patriarki yang sudah mengakar dan bahkan menginspirasi sebuah acara TV populer di China.

Mantan manajer proyek tersebut meninggalkan pekerjaan melelahkan untuk bergabung dengan kelompok bapak rumah tangga.

"Pada awalnya, ketika bekerja, seseorang memimpikan karier yang hebat dan uang ini akan membantu keluarga," katanya kepada wartawan, dikutip dari JapanToday, Kamis (10/10/2024).

"Namun, tidak ada yang pasti, dan gaji belum tentu merupakan hal yang paling dibutuhkan keluarga."

Norma sosial di China selama berabad-abad telah menetapkan laki-laki sebagai pencari nafkah, sementara perempuan bak wajib mengurus rumah tangga dan anak-anak.

Bagi Chen, keputusannya untuk tinggal di rumah adalah pilihan tepat. Ia memberikan waktu luang bagi istrinya. Istri Chen bernama Mao Li, penulis buku terlaris tentang bagaimana fenomena bapak rumah tangga menjadi hal yang normal.

"Di awal pernikahan kami, saya bertanya-tanya tentang kesediaannya untuk membantu sebagai seorang suami," kata Mao.

"Ia banyak bekerja, jadi ia tidak membantu saya mengurus anak-anak dan tidak terlalu memperhatikan saya. Namun, sekarang ia mengurus anak-anak dan tinggal di rumah, saya merasa ia sangat membantu," sebut Mao.

Di Xiaohongshu, Instagram versi China, para ayah muda yang tinggal di rumah dengan bangga mempromosikan pilihan gaya hidup mereka.

Chang Wenhao (37) seorang kreator konten dan pengusaha pendidikan dari kota Zhuhai, China selatan, adalah salah satu orang yang beralih haluan.

Ia menyesuaikan jam kerjanya agar 80 persen sisa waktu dapat digunakan untuk putrinya yang masih berusia tujuh tahun dan putranya berusia lima tahun. Ia mengajak anak-anaknya berkemah, berkuda, bersepeda, dan mendaki gunung.

"Dalam hal metode pendidikan, dorongan, cara membangun rasa percaya diri, mengembangkan keterampilan mereka, kemandirian mereka dalam hidup, saya memberikan mereka hal-hal yang tidak mereka pelajari di sekolah atau dari orang dewasa lainnya," katanya.

Buku Mao telah menginspirasi serial televisi 36 episode berjudul 'Suami dan Istri' dengan tema ayah penuh waktu, menghidupkan kembali perdebatan yang terkadang panas tentang peran pria di rumah, khususnya China.

"Orang tua saya sedikit khawatir bahwa saya adalah ayah rumah tangga," kata Chen.

"Beberapa orang, terutama di media sosial, mengatakan bahwa saya hidup dari istri saya," lanjutnya.

Xu Xiaolin (34) dari China timur Xiamen, telah menjadi ayah rumah tangga sejak perusahaan tempat dirinya bekerja bangkrut.

"Pada awalnya, orang tua dan kakek-nenek saya sering berkata. Anda harus bekerja. Tetangga yang lebih tua terkadang berkomentar kepada mereka. Itu mengganggu mereka, jadi mereka menekan saya," kata Xu.

"Namun, orang-orang yang berusia di bawah 35 tahun tidak lagi memiliki mentalitas itu," kata Chang, seorang pengusaha. Ia mengatakan telah melihat awal dari sebuah perubahan dalam beberapa tahun terakhir.

"Banyak ayah mulai menghargai kebersamaan dan pendidikan anak-anak mereka" dan mendengarkan kebutuhan mereka. "Ini akan terus berkembang," katanya. "Namun, perubahan yang mendalam masih akan membutuhkan waktu."


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Makin Banyak Pria China 'Resign' Kerja demi Jadi Bapak Rumah Tangga"