![]() |
Stasiun Luar Angkasa China Tiangong. Foto: Tang Hangbo/China Manned Space Engineering Office |
Badan antariksa China tengah membangun teleskop antariksa baru yang akan menyaingi observatorium papan atas saat ini, James Webb Space Telescope (JWST).
Dikenal sebagai China Space Station Telescope (CSST), teleskop ini tidak hanya sekuat JWST yang canggih, tetapi juga akan dapat diperbaiki dan ditingkatkan sepenuhnya dari luar angkasa.
CSST akan bergabung dengan generasi teleskop pembuat terobosan berikutnya. Teleskop ini meliputi teleskop antariksa Euclid, yang diluncurkan oleh Badan Antariksa Eropa ESA pada Juli 2023, Teleskop Antariksa Nancy Grace Roman milik NASA yang sedang dalam persiapan peluncuran terakhirnya, dan Observatorium Vera C. Rubin, instalasi berbasis darat besar yang cahaya pertamanya dijadwalkan akan muncul beberapa bulan lagi.
Observatorium besar ini memiliki berbagai target pengamatan. Namun, salah satu misi utamanya adalah melakukan survei alam semesta yang dalam untuk mencoba memecahkan sejumlah misteri kosmologi. Dan kini, bergabung dengan trio ini observatorium kosmologi kelas dunia lainnya yang dibangun China.
Dalam bahasa Mandarin, teleskop ini dikenal dengan sebutan Xuntian, yang berarti mengawasi langit. Penamaan ini sangat tepat mengingat misi yang akan dilakukannya. Ilmuwan proyek membagikan detail baru misi tersebut dalam sebuah makalah yang diunggah ke basis data pracetak arXiv pada 25 Januari.
Teleskop yang dijadwalkan diluncurkan paling cepat 2026 ini akan memiliki cermin utama dengan diameter 2 meter. Meskipun sedikit lebih kecil dari lebar cermin Teleskop Luar Angkasa Hubble, optik canggih CSST akan memberinya bidang pandang setidaknya 300 kali lebih besar dari Hubble. Pengamatannya akan mencakup spektrum cahaya dari ultraviolet dekat hingga inframerah dekat.
Mengungkap Misteri Kosmik
Dengan kemampuan tersebut, CSST akan melakukan sejumlah pengujian dan pengukuran penting. Salah satu misi utamanya adalah mengukur sesuatu yang disebut pelensaan gravitasi lemah. Cahaya dari galaksi-galaksi yang jauh sedikit tertekuk dalam perjalanannya menuju kita karena kelengkungan ruang yang relatif kecil dari semua galaksi yang ada di antaranya.
Dengan memetakan ratusan ribu galaksi dan mencari distorsi halus dalam bentuknya, para astronom berharap dapat membangun peta distribusi materi yang sangat indah di alam semesta. Peta-peta ini dapat memberi para ilmuwan petunjuk tentang sifat misterius materi gelap, yang menyusun sebagian besar materi di alam semesta tetapi tidak berinteraksi dengan cahaya dan karenanya tidak dapat dilihat secara langsung.
Pada skala yang lebih besar, CSST akan mempelajari statistik ruang hampa dan gugusan. Ruang hampa adalah wilayah kosong yang luas di antara galaksi-galaksi, dan gugusan adalah pengelompokan galaksi yang padat. Sifat ruang hampa dan gugusan, seberapa besar keduanya, seberapa jauh jaraknya satu sama lain, dan sebagainya, bergantung pada sifat energi gelap, zat misterius yang tampaknya mempercepat perluasan alam semesta.
Untuk melengkapi semuanya, CSST akan mencari supernova dan mengukur sesuatu yang disebut osilasi akustik barion. Supernova memberikan ukuran tetap untuk galaksi-galaksi yang jauh, dan osilasi akustik barion adalah sisa-sisa dari saat alam semesta masih berupa plasma, miliaran tahun yang lalu. Keduanya merupakan alat penting untuk memahami evolusi kosmos.
CSST akan melengkapi instrumen tingkat atas lainnya, sehingga menyediakan akses ke berbagai wilayah alam semesta dan ke berbagai jarak. Harapannya adalah keempat teleskop kelas dunia akan mengoordinasikan upaya mereka.
Namun, CSST memiliki satu trik lagi. Ada alasan mengapa namanya mengandung kata 'stasiun', Setelah diluncurkan, ia akan berbagi orbit dengan stasiun luar angkasa Tiangong milik China. Mereka tidak akan selalu terbang berdampingan, tetapi orbit mereka akan mendekatkan mereka secara berkala.
Pengaturan ini memudahkan badan antariksa China untuk memperbaiki teleskop, menukar modul instrumen, bahkan melakukan pemutakhiran. Kemampuan terakhir membuatnya lebih istimewa karena tidak dimiliki teleskop berbasis antariksa lainnya.
Jadi meskipun instrumen-instrumen lainnya itu akan memiliki masa hidup yang terbatas, CSST dapat terus menyediakan data kosmologi yang dapat diandalkan dan berguna selama beberapa dekade ke depan.
Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "China Bikin Teleskop Antariksa Lebih Canggih dari Amerika"