Hagia Sophia

18 May 2024

Ini Kata Peneliti Terkait Gelombang Panas Ekstrem di Asia dan Timur Tengah

Foto: REUTERS/Mohammad Ponir Hossain

Sebuah penelitian mengungkapkan penyebab gelombang panas yang melanda Asia dan Timur Tengah belakangan ini. Kondisi ekstrem ini terjadi di berbagai wilayah Asia, mulai dari Gaza di barat hingga Filipina di tenggara.

Banyak daerah mengalami suhu di atas 40 derajat Celsius selama beberapa hari berturut-turut, hingga memicu berbagai dampak sosial dan ekonomi yang signifikan.

Dalam studi yang dipublikasikan oleh kelompok ilmuwan World Weather Attribution menggunakan model iklim. Hal ini untuk menentukan peran perubahan iklim dalam kejadian cuaca ekstrem.

Hasilnya, mengungkapkan bahwa panas ekstrem yang terjadi di Filipina tidak mungkin terjadi tanpa perubahan iklim yang disebabkan manusia. Sementara di Timur Tengah, perubahan iklim meningkatkan probabilitas suhu panas hingga lima kali lipat.

Setidaknya, 28 kasus kematian terkait panas dilaporkan di Bangladesh, lima di India, dan tiga di Gaza. Peningkatan kasus kematian juga terjadi di Thailand dan Filipina.

"Orang-orang menderita dan meninggal ketika suhu di Asia melonjak pada bulan April," jelas penulis studi dan ilmuwan iklim di Imperial College di London, Friederiki Otto, yang dikutip dari AP News.

"Jika manusia terus menggunakan bahan bakar fosil, iklim akan terus menghangat. Dan orang-orang yang rentan akan terus meninggal," sambungnya.

Temuan studi ini sangat menggambarkan kondisi yang mengkhawatirkan bisa terjadi bagi mereka yang hidup dalam kondisi rentan.

Ahli rencana penanganan panas, Aditya Valiathan Pillai, menyoroti perlunya kesadaran lebih tentang risiko panas, investasi publik, dan swasta untuk mengatasi peningkatan panas. Bahkan, ia mendorong perlunya lebih banyak penelitian tentang dampak dari gelombang panas di masa depan.

"Temuan ini secara ilmiah mengkhawatirkan. Tetapi, bagi orang-orang di lapangan yang hidup dalam kondisi genting, hal ini bisa sangat mematikan," tutur pakar rencana pemanasan di lembaga pemikir Sustainable Futures Collaborative yang berbasis di New Delhi, Aditya Valiathan Pillai.

"Saya pikir panas kini menjadi salah satu risiko utama dalam hal kesehatan bagi jutaan orang di seluruh dunia, serta pembangunan ekonomo suatu negara," pungkasnya.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Peneliti Bongkar Biang Kerok Gelombang Panas Ekstrem di Asia dan Timur Tengah"