Hagia Sophia

27 January 2023

Dimanakah Ujung dari Pelangi?

Ilustrasi. Pelangi biasanya tampak seperti setengah lingkaran. Di manakah ujungnya berada? (brigachtal/Pixabay)

Pelangi sejak lama digambarkan sebagai fenomena cuaca berbentuk melengkung setengah lingkaran bak busur. Jika memang begitu, di manakah ujungnya?

Ciptaan jenis ini sebetulnya tidak hanya berbentuk lengkungan setengah lingkaran. Berdasarkan pengamatan, poisisi sebuah lingkaran penuh yang terbentuk karena cahaya matahari melewati tetesan air hujan.

Namun, hanya bagian setengah lingkaran yang tampak dan bisa dilihat oleh kita, karena bagian lainnya terhalang permukaan tanah.

Seorang ilmuwan riset di National Center for Atmospheric Research di Boulder, Colorado, dan seorang ahli pelangi Michael Kavulich mengatakan jumlah  cahaya yang terlihat sebetulnya tergantung pada di mana pengamat berdiri dan seberapa banyak permukaan yang menghalangi.

Pada bangunan tinggi atau pesawat, pelangi dapat terlihat dalam lingkaran penuh. Contohnya bisa dilihat dalam video singkat yang diunggah akun Twitter @Wonderof Science.

Dalam video tersebut, perekamnya berada di tempat tinggi sehingga bisa melihat pelangi nyaris dalam bentuk bulat. "Pelangi sebetulnya berbentuk bulat penuh, bisa dilihat dari titik yang lebih tinggi seperti dari pesawat atau gedung tinggi," tulis akun tersebut.

Menurut Kavulich, pelangi bergantung kepada pembiasan atau bagaimana cahaya dibelokkan ketika mengenai tetesan hujan dan refleksi atau cahaya yang memantul kembali.

"Sebagian besar cahaya yang memasuki tetesan hujan bulat akhirnya dibiaskan pada sudut yang hampir sama, dan jika cahaya itu juga dipantulkan sekali dari belakang tetesan hujan, sudut ini akan menjadi sekitar 40-42 derajat dari arah datangnya cahaya," jelas Kavulich, seperti dikutip Live Science.

Tetes air hujan berbentuk bulat, tidak seperti ilustrasi yang kerap muncul di publik.

Menurut Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), proses terbentuknya pelangi dimulai ketika cahaya mulai membelok atau membias saat memasuki tetesan hujan karena air lebih padat daripada udara.

Cahaya terus berjalan hingga mencapai bagian belakang tetesan hujan. Itu adalah fase di mana cahaya memantul dari belakang.

Dalam perjalanannya keluar dari tetes hujan, cahaya dibiaskan sekali lagi dan kemudian memisah menjadi sejumlah warna. Dikarenakan tetesan hujan berbentuk bola, mereka memantulkan cahaya dalam bentuk kerucut yang akhirnya membentuk lingkaran.

Cahaya yang keluar dari tetes hujan itu muncul dalam beragam warna lantaran beragamnya gelombang di dalamnya. Beberapa gelombang keluar lebih melengkung daripada yang lainnya dikarenakan perbedaan panjang pendeknya. 

Ungu merupakan gelombang cahaya yang tampak yang paling pendek sehingga bentuknya paling melengkung. Sebaliknya, merah merupakan gelombang cahaya yang tampak yang paling panjang. Alhasil, merah hanya mengalami sedikit lengkungan.

Ketika cahaya keluar dari tetes air itu, cahaya terpecah ke dalam masing-masing gelombang tersebut dan membentuk pelangi. Ungu ada di bagian paling bawah, sementara merah ada di bagian paling atas. 

Kemampuan seorang pengamat untuk melihat pelangi bergantung pada posisi mereka dalam kaitannya dengan Matahari. Apa yang terlihat adalah cahaya yang dibiaskan dan dipantulkan pada sudut tertentu yang mengenai mata secara langsung.

Agar hal ini terjadi, bayangan kepala pengamat harus ditempatkan tepat di seberang matahari tanpa terhalang awan agar bisa berada di tengah lingkaran.
























Artikel ini telah tayang di cnnindonesia.com dengan judul "Di Mana Ujung Pelangi?"